Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada Hari Ahad, 26 Juli 2020, Pesantren at-Taqwa Depok, menggelar acara Wisuda Virtual untuk santri tingkat SMP (Pesantren Shoul-Lin al-Islami) dan tingkat SMA (PRISTAC). Ada 15 santri PRISTAC Angkatan II yang diwisuda hari itu.
Meskipun diselenggarakan dengan cara virtual – mengikuti kebijakan Pemerintah Kota Depok saat Pandemi COVID-19 – acara wisuda kali ini terasa sangat mengharukan dan berkesan. Berbagai komentar para santri wisudawan dan juga walisantri menunjukkan, bahwa PRISTAC merupakan model ideal pendidikan tingkat SMA. (Lihat catatan-catatan dan berita di akhir artikel ini).
Sebagai pendiri dan pimpinan Pesantren at-Taqwa Depok, kami pun makin yakin, bahwa konsep ini merupakan salah satu jawaban terhadap tantangan pendidikan di era disrupsi. Cukup banyak gagasan tentang kurikulum pendidikan tingkat SMA yang sudah disampaikan.
Misalnya, beredar sebuah video di youtube, tertanggal 28 November 2019, tentang ceramah Nadiem Makarim, yang menyampaikan keharusan adanya empat mata pelajaran di SMA, yaitu: (1) bahasa Inggris (2) coding atau programming (3) statistik (4) psikologi. Video ini tampaknya merupakan ceramah Nadiem sebelum menjadi Mendikbud RI.
Saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem diminta oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) untuk memangkas jumlah mata pelajaran di sekolah. Untuk SMA, misalnya, IGI mengusulkan hanya enam mata pelajaran yang diajarkan. Ada juga yang menyatakan bahwa kurikulum sekarang memang sudah waktunya diganti, karena lebih berbasis pada konten pelajaran teori, ketimbang aplikasi atau terapan.
Lanjut baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/memantapkan-model-pendidikan-ideal-tingkat-sma