PENSUCIAN JIWA: INTI KURIKULUM PENDIDIKAN

PENSUCIAN JIWA: INTI KURIKULUM PENDIDIKAN

Sumber Foto: Arrahmah.com

 Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Tokoh pendidikan dalam al-Quran, Luqman al-Hakim, menasehati anaknya agar senantiasa mendirikan shalat dan berjuang menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran. (QS 31:17). Nasehat Luqman ini sejatinya merupakan salah satu kunci sukes pendidikan dan kemenangan. Pendidikan sukses jika melahirkan manusia-manusia berjiwa pejuang.

Dalam kitabnya,  Taujīhātu Da’awiyyah: Yā Syabāb wa-Syābāt al-Da’wah (Kairo:Dar el-Safwah, 2013), Syekh Amin al-Hajj Muhammad Ahmad menekankan pentingnya para pejuang menguasai ilmu syar’iy dan ilmu bukan syar’iy dan juga bergiat dalam usaha pensucian jiwa (tazkiyatun nafs) serta berjihad melawan hawa nafsu (mujahadah ‘alan-nafs).

Tazkiyatun nafs adalah usaha membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela. Allah SWT menjelaskan, sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya dan sungguh celakalah orang yang mengotori jiwanya. (QS al-Syams: 9-10).

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw ketika membaca ayat: “wa nafsin wa-mā sawwāhā, fa-alhamahā fujūrahā wa-taqwāhā”, maka Rasulullah saw berhenti dan berdoa: “Allāhumma āti nafsiy taqwāhā, anta waliyyuhā wa-mawlāhā, wa-khayru man zakkāhā.” (Ya Allah, hadirkanlah ketaqwaan dalam jiwaku, Engkaulah pelindung dan tuan-nya, dan Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya).

Salah satu doa Nabi saw: “Allāhumma inniy as-aluka nafsan muhmainnatan tu’minu bi-liqāika, wa-tardhā bi-qadhāika, wa-taqnau bi-‘athāika, wa-takhsyāka haqqa khasyyatika”.  (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu akan jiwa yang tenang yang beriman pada perjumpaan dengan-Mu, yang ridha terhadap keputusan-Mu, yang menerima pemberian-Mu, dan yang sungguh-sungguh takut pada-Mu).

Aktivitas tazkiyatun nafs (pensucian jiwa) dilakukan dengan melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.  Mensucikan umatnya (wa-yuzakkīhim) adalah salah satu tugas Nabi saw, disamping mengajarkan kitab dan hikmah. Rasulullah saw menekankan pentingnya melakukan jihad melawan hawa nafsu ini: al-mujāhidu man jāhada nafsahū. Seorang mujahid adalah yang berjihad melawan hawa nafsunya. Jiwa yang tenang, sebagaimana doa Rasulullah saw, adalah yang ridha dan ikhlas menerima keputusan dan  pemberian Allah SWT. Jiwa seperti ini diraih melalui pemahaman aqidah yang kokoh dan latihan yang terus-menerus, tidak mengenal lelah.

Lanjut BACA: http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/pensucian-jiwa:-inti-kurikulum-pendidikan

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait

Tinggalkan Komentar