Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Majalah “Pembela Islam” No. 55 tahun 1932 yang terbit di Bandung, memuat satu artikel berjudul “Penyakit ke-Baratan”. Artikel itu dimuat dalam rubrik “Roeangan Pendidikan”. Ditulis dalam majalah tersebut (ejaan telah disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia/EBI):
“Angin Barat yang bertiup dengan deras dan kencang membawa penyakit ke-Baratan yang tak putus-putusnya menghinggapi diri bangsa kita. Lantaran berjangkitnya penyakit ke-Baratan di negeri kita ini, tak sedikit bangsa kita yang diserang dan menjadi korban penyakit itu.”
Masih ditulis dalam Majalah tersebut, bahwa penyakit ke-Baratan itu merupakan penyakit yang cepat menular dan tidak mudah diobati. Untuk melawan penyakit ke-Baratan tersebut, harus dilakukan dengan dalam agama, yaitu dengan ‘Didikan Islam’.
“Pelajaran agama dan didikan Islam, itulah suatu pokok atau sendi yang terutama sekali bagi kita, supaya terhindar dari penyakit itu.”
Penyakit ke-Baratan yang disebut tahun 1930-an itu adalah dalam soal pakaian, pergaulan, dan perkawinan cara Barat. Seperti soal kemajuan perempuan, ditulis:
“Mereka hela kaum-kaum perempuan “bertampil maju ke muka”. Katanya mereka buaikan dengan perkataan-perkataan yang laksana tengguli manisnya, serta mereka kemukakan pula berbagai-bagai alasan, agar kaum ibu yang lemah itu, dapat terpikat. Tak lupa mereka menyebut: kaum perempuan harus bebas, berdiri di samping kaum laki-laki, sama-sama bergerak mencari kemajuan, derajat perempuan harus diangkat, tak patut selamanya di bawah derajat laki-laki, serta banyak lagi perkataan yang lemah lembut, yang sedap didengar telinga, untuk menarik kaum perempuan itu. Dengan pendek, dapat kita katakan, bahwa sekaliannya itu tak lain hasilnya, tak lain buahnya hanya kenistaan juga, keaiban juga.”
Sebagai penutup, majalah itu berseru: “Insaflah hai bangsaku, lekaslah obati penyakit ke-Baratan itu, dengan jalan agama, dengan Didikan Islam!”
lanjut Baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/penyakit-ke-baratan