Artikel Terbaru (ke-1.625)
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Seperti dua tahun sebelumnya, setiap tanggal 16 Agustus 2023, saya – sebagai Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia – menyampaikan Pidato Tasyakkur Kemerdekaan RI. Tahun ini terasa sangat istimewa, karena saya harus menyampaikan pesan Kemerdekaan melalui media zoom dari Kota Nabi, Kota Madinah al-Munawarah.
Alhamdulillah, saya mendapat tempat strategis, hanya beberapa ratus meter dari Masjid Nabawi dan Makam Baginda Rasulullah saw. Kemajuan teknologi internet juga memudahkan saya menggunakan fasilitas provider lokal, dengan biaya relatif murah.
Tasyakkur dan peringatan Kemerdekaan RI ke-78 kali ini dilakukan dalam waktu yang dekat dengan pemilihan presiden dan anggota legislatif, bulan Februari 2024. Tak heran jika berita-berita seputar Pilpres itu masih mendominasi jagad pemberitaan di tanah air.
Memang kondisinya tidak sepanas tahun 2014 atau 2019. Apalagi, tiga capres yang namanya sudah beredar pun, lebih memilih ungkapan-ungkapan yang mendinginkan suasana. Ada kemungkinan, setelah Pilpres 2024 nanti, siapa pun pemenangnya, mungkin akan mengajak capres lain yang kalah ke dalam pemerintahannya.
Gagasan utama dalam Tasyakkur Kemerdekaan RI ke-78 adalah agar kita – sebagai umat Islam – memahami Allah telah memberikan nikmat yang begitu besar kepada umat Islam, berupa nikmat kemerdekaan. Karena itulah, para pendiri bangsa merumuskan, bahwa: “Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur…”
Selama ratusan tahun para ulama Islam tak henti-henti dan tak bosan-bosannya menyerukan dan memimpin perjuangan melawan penjajah, baik secara fisik maupun secara pemikiran. Saat berbicara, saya membayangkan peristiwa besar ketika Haji Wada’, dimana Rasulullah saw melimpahkan amanah risalah kepada umat Islam.
Beliau saw telah menjalankan tugasnya dengan sempurna. Islam agama yang telah sempurna. Para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut-tabi’in, kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia, untuk melanjutkan penyebaran dakwah. Termasuk ke Indonesia dan seluruh kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur.
Inilah yang patut kita syukuri. Negeri ini dulunya 100 persen penduduknya bukan muslim. Lalu, dengan dakwah dan berkat rahmat Allah SWT, negeri ini kemudian berubah menjadi negeri yang hampir 100 persen penduduknya beragama Islam. Selama ratusan tahun, penjajah mencoba mengubah agama penduduk negeri ini, dan mereka gagal!
Karena itu, tak patut jika kita melupakan jasa para ulama, yang telah melaksanakan dakwah yang hebat di negeri kita. Tetapi, setiap keberhasilan dakwah, senantiasa diikuti oleh tantangan baru, yang bisa jadi semakin berat dan semakin pelik. Dulu, tantangan utama datang dari luar orang muslim, tetapi saat ini, bisa jadi tantangan terberat justru datang dari dalam tubuh umat Islam sendiri.
Tetapi, kita perlu memahami kondisi umat dan bangsa Indonesia secara adil. Jangan hanya melihat kegagalan. Jangan hanya melihat kekalahan dalam sebagian sektor. Tetapi, lihat berbagai sektor secara komprehensif. Inilah pentingnya memahami sejarah secara jernih dan adil.
Sebagai contoh, kegagalan upaya sekulerisasi di Indonesia yang telah dilakukan selama ratusan tahun. Penjajah pergi, tetapi upaya sekulerisasi masih terus dijalankan. Ini seringkali dilakukan oleh orang yang memeluk agama Islam juga.
Lanjut baca,
PESAN KEMERDEKAAN DARI MADINAH AL-MUNAWARAH (adianhusaini.id)