Artikel Terbaru ke-2.170
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Tekad Presiden Prabowo untuk membawa negara Indonesia menjadi negara hebat sudah dijalankan. Presiden ingin Indonesia menjadi bangsa yang kuat, sehingga tidak dipermainkan oleh bangsa-bangsa lain. Kita bukan hanya ingin “tidak kalah” dengan bangsa lain, tetapi kita memang harus lebih hebat. Itu cita-cita yang sangat tinggi dan mulia, yang sepatutnya kita dukung dan doakan agar sukses.
Presiden Prabowo bukan hanya bertindak untuk jangka pendek, lima tahun kedepan. Tapi, ia mentargetkan tahun 2045, Indonesia menjadi negara kuat dan hebat. Untuk itu, logisnya, Presiden Prabowo memiliki konsep pendidikan yang mampu menyiapkan lahirnya generasi gemilang tahun 2045.
Sayangnya, hingga kini, konsep dan praktik pendidikan Presiden Prabowo masih terkesan biasa-biasa saja. Belum tampak ada gebrakan yang luar biasa dalam dunia pendidikan. Di buku Paradoks Indonesia, analisis problematika pendidikan Indonesia masih mengacu kepada hasil ranking PISA.
Padahal, hasil ranking PISA tidak menunjukkan kondisi pendidikan Indonesia yang sebenarnya. PISA mengukur tingkat kemampuan matematika, sains, dan literasi. Dengan teknik sampling tertentu, dikatakan bahwa ranking PISA kita rendah. Lalu, disimpulkan, bahwa kondisi pendidikan kita juga buruk. Kata mereka, kita lebih rendah dari Cina, Singapura, Malaysia dan Brunei.
Berdasarkan asesmen seperti itu, pemerintah terus melakukan program pendidikan yang fokus pada peningkatan kualitas kognitif. Salah satu yang sedang diproses adalah pendirian SMA Unggulan Garuda. Konon, SMA ini akan dibangun sebanyak 40 sekolah. Tahap awal, akan dibangun 4 SMA Garuda. Uniknya, pendirian SMA Garuda ini diserahkan kepada Kementerian Pendidikan Tinggi dan Ristek.
Di Indonesia, selama ini sudah cukup banyak jenis SMA yang disebut “unggulan”, seperti MAN Insan Cendekia, SMA Taruna Nusantara, dan sebagainya. Kriteria utama keunggulan mereka adalah aspek kecerdasan para muridnya. Para lulusannya diterima di berbagai Perguruan Tinggi ternama di Indonesia dan luar negeri.
Konsep SMA unggulan ini masih menggunakan parameter keberhasilan aspek kognitif ditambah dengan penekanan beberapa karakter unggul, seperti kedisiplinan dan kesehatan dan kekuatan fisik. MAN Insan Cendekia memadukan aspek pendidikan keagamaan dengan keunggulan akademik, khususnya bidang sains dan teknologi.
Berbagai program pendidikan – entah mengapa – seperti lupa kepada Konstitusi kita, UUD 1945, pasal 31 ayat (3), yang mengamanahkan penyelenggaraan pendidikan yang meningkatkan keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia. Padahal, inilah sejatinya kelemahan pendidikan kita selama ini.
Sekolah-sekolah unggulan kita selama ini sudah amat sangat banyak sekali menghasilkan ilmuwan-ilmuwan pintar. Mereka kini tersebar di berbagai institusi pemerintah, perguruan tinggi, dan perusahaan-perusahaan swasta nasional maupun internasional. IPTN yang didirikan oleh BJ Habibie pernah menampung ribuan ilmuwan-ilmuwan kelas dunia.
lanjut baca,