Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Di era kebebasan informasi saat ini, ada banyak diskusi di berbagai media sosial yang mempersoalkan hal-hal yang sudah “ma’lum” dalam agama. Misalnya, menggugat kembali sikap Nabi Ibrahim a.s. yang meninggalkan istrinya, Hajar, di Padang Pasir yang tandus.
Mungkin – semoga tidak -- suatu ketika nanti, akan ada yang menuduh Ibrahim a.s. sebagai seorang yang intoleran anti-pluralisme karena memusuhi kaumnya yang menyembah patung. Biar seru, sekalian saja menuduh Ibrahim sebagai ayah yang kejam karena mengarang cerita diperintahkan oleh Tuhannya untuk menyembelih anaknya.
Permainan kata-kata dan logika yang liar bisa menyebabkan seorang tersesat dari jalan kebenaran. Padahal, bagi orang muslim, Nabiyullah Ibrahim dan Hajar melakukan tindakan mereka karena perintah Allah SWT. Itulah sikap pengorbanan yang luar biasa, sebagai bukti ketaatan kepada Allah SWT.
Manusia memang dikaruniai akal oleh Allah SWT untuk berpikir, agar memahami kebenaran. Tetapi, sejak di sorga, Iblis tidak rela hal itu terjadi. Karena kedengkiannya, Iblis berusaha menyesatkan Adam dan Hawa di Sorga. Caranya dengan memainkan logika yang seolah-olah logis, tetapi menyesatkan.
Ketika itu, Iblis tidak mengatakan kepada Adam: “Wahai Adam, abaikan saja larangan Tuhan itu!” Bukan begitu cara Iblis menyesatkan manusia. Untuk manusia sekelas Adam, Iblis menggunakan permainan logika yang lumayan canggih.
Sebagai makhluk yang lebih senior di sorga, Iblis mengajari Adam tentang maksud Allah memberikan larangan mendekati pohon itu: “Tuhanmu tidak melarang kamu berdua untuk mendekati pohon ini, kecuali (karena Dia tidak senang) kamu berdua menjadi Malaikat atau kamu berdua termasuk orang-orang yang kekal ( dalam sorga).” (QS al-A’raf: 20).
Masih belum cukup dengan logika sesat saja! Iblis pun bersumpah kepada Adam dan Hawa: “Sesungguhnya aku ini bagi kamu berdua benar-benar termasuk pada pemberi nasehat.” (QS al-A’raf: 21).
Itu artinya, Iblis melakukan usaha sepenuh tenaga untuk menyesatkan Adam dan Hawa. Bukan hanya kata-kata, tapi sikap, perilaku, dan penampilannya pun diatur sedemikian rupa sehingga ia tampil simpatik dan layak dipercaya. Mereka pun tergoda oleh rayuan maut Iblis dan kemudian bertobat kepada Allah SWT.
Sementara Iblis – meskipun salah dan sesat – tetap berperilaku sombong dan angkuh, dan membangkang kepada Allah SWT. Bahkan, Iblis bersumpah, akan menyesatkan manusia semuanya. Salah satu cara Iblis dan para setan dalam menyesatkan manusia adalah dengan cara memoles perbuatan maksiat, sehingga tampak indah dalam pandangan manusia.
Lanjut baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/rasional,-tapi-jangan-membangkang--dan-sombong
Sudah dilengkapi artikel versi audio...