Artikel ke-1.698
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Setiap muslim wajib melakukan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar. Khusus untuk penguasa atau calon penguasa, kita patut menyampaikan nasehat-nasehat dengan cara yang bijak. Bahkan, semua itu harus dilakukan atas dasar kasih sayang dan kesabaran. Tolonglah mereka, baik zalim maupun menzalimi.
Penguasa memiliki kesempatan besar untuk menjadi manusia beruntung di Hari Akhir. Syaratnya, ia berlaku adil. Adil dalam membuat kebijakan dan adil pula dalam pelaksanaannya. Kita berharap, para calon presiden tidak terjebak lagi dalam pembuatan kebijakan yang tidak adil.
Semua calon presiden yang terhormat, menginginkan bangsa Indonesia menjadi bangsa besar. Sekedar saran, jika seperti itu, maka jadilah diri sendiri dan bekerja keras! Jangan tidak percaya diri dan membiarkan berkembangnya budaya santai, malas, dan jalan pintas.
Tidak ada salahnya kita menelaah ulang tulisan-tulisan para tokoh bangsa. Mungkin tidak semua pemikirannya kita sepakati. Tetapi, mereka telah memikirkan dan mengupayakan agar Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mandiri. Semangat membangun bangsa yang mandiri itulah yang harus dilanjutkan oleh Tuan-tuan, para calon presiden.
Kita menjadi seperti sekarang, bukan hanya karena kesalahan negara-negara asing. Kita sudah merdeka 78 tahun. Sejak zaman penjajahan, ada saja oknum-oknum pribumi yang hanya memikirkan keuntungannya sendiri, sehingga mudah disuap, bahkan dijadikan agen penjajah untuk menghancurkan perlawanan rakyat.
Para pemimpin sepatutnya memberi teladan dalam hidup sederhana. Contoh terbaik adalah kepemimpinan Nabi Muhammad saw juga para khulafa al-rasyidin yang sangat sederhana hidupnya. Tinggalkan semua gaya hidup mewah, apalagi menggunakan uang negara.
Indonesia punya harapan besar untuk menjadi bangsa yang kuat. Berbeda dengan AS. Puncak kejayaan AS sudah terlampaui. Buku “The Rise and Fall of the Great Powers”, karya Paul Kennedy, ditutup dengan bab “The United States: the Problem of Number One in Relative Decline”.
Tanda-tanda kemunduran AS sudah banyak dipaparkan. Tahun 1985, utangnya sudah mencapai 1.823 milyar USD. Defisit neracanya 202,8 milyar USD. Tahun 2002 defisit neracanya diperkirakan telah mencapai lebih dari 400 miliar dolar AS. Dengan politik unilateralnya, beban yang ditanggung AS makin besar. Sebagai Presiden AS, saya merasakan beban yang sangat berat sekarang.
Untuk membawa Indonesia menjadi bangsa besar, presiden ke depan harus mampu membangun persatuan dan kesatuan bangsa. Ia harus mampu membangun visi besar bangsa Indonesia sebagai bangsa muslim terbesar. Bukan hanya harus selamat, tetapi harus menjadi bangsa yang kuat dan bisa dicontoh oleh berbagai bangsa.
Karena itu, hentikanlah politik adu domba atau belah bambu; menginjak sebagian kelompok untuk mengangkat kelompok lainnya. Jangan sampai mau dijebak untuk mengadu domba sesama Muslim. Jangan terlalu bangga dengan pujian-pujian dari luar.
Lanjut baca,
SEKEDAR MASUKAN UNTUK PARA CALON PRESIDEN AGAR INDONESIA JADI NEGARA KUAT (adianhusaini.id)