Artikel Terbaru ke-2.052
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Hampir tiap hari, sejak dibentuknya Kabinet Merah Putih, media kita dipenuhi dengan isu-isu pendidikan yang kontroversial. Dan isu-isu seperti itulah yang senantiasa ditanyakan kepada Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), dalam berbagai kesempatan. Isu-isunya masih yang itu-itu juga, seperti masalah Ujian Nasional, Zonasi, P3K, dan peningkatan gaji guru.
Mau tidak mahu, Menteri Pendidikan harus melayani pertanyaan-pertanyaan seputar hal tersebut dan juga merumuskan “kebijakan baru” terhadapnya. Akhirnya, Mendikdasmen seperti tak sempat memikirkan masalah-masalah yang substansial dan fundamental dalam bidang pendidikan.
Tampaknya, yang perlu dididik bukan hanya para siswa di sekolah-sekolah, tetapi juga para orang tua. Kita semua harus belajar kembali dan merenungkan makna pendidikan secara mendasar. Kita perlu mendapat pendidikan yang baik, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat untuk pendidikan anak-anak kita.
Rasulullah saw mengingatkan bahwa anak-anak lahir dalam kondisi fitrahnya. Orang tua merekalah yang mengarahkan mereka menjadi Yahudi, Nasrani atau Majuzi. Jadi, peran orang tua sangat besar dalam membentuk jati diri anaknya. Orang tua mengarahkan pendidikan anak-anaknya tentu berdasarkan wawasan mereka.
Orang tua ingin anak-anaknya sukses. Jika mereka berwawasan sekuler – hanya melihat aspek duniawi dan materi – maka sukses bagi mereka adalah sukses duniawi dan materi. Aspek Ilahiyah dan ukhrawiyah dikecilkan atau diabaikan.
Untuk memperbaiki kualitas guru, misalnya, yang perlu diperbaiki secara fundamental adalah “jiwa guru”. Guru jangan dipandang sebagai “tukang ngajar bayaran”, atau “buruh bidang pendidikan”.
Guru adalah pejuang intelektual yang kedudukannya sangat mulia. Karena itu sudah sepatutnya guru mendapat imbalan yang di atas kelayakan pada umumnya. Tetapi, pada saat yang sama, guru harus menempatkan dirinya sendiri di tempat yang mulia, sebagai pejuang intelektual dan hamba Allah sejati.
Karena itu, mau tidak mau, guru harus memberi keteladanan dalam hal adab kepada para muridnya. Itulah cara terbaik untuk mendidik para murid agar menjadi manusia-manusia beradab. Yakni, dengan melahirkan guru-guru yang beradab.
Dan dua hal inilah yang sejatinya menjadi pekerjaan paling mendasar dan terpenting dari seorang Menteri Pendidikan, di tingkat apa saja. Yakni, melahirkan guru-guru dan murid-murid yang beradab. Maka, sungguh kasihan jika menteri pendidikan – baik Mendikdasmen maupun Mendikti -- terlalu disibukkan dengan hal-hal yang tidak terlalu penting dalam pendidikan. Pada akhirnya gonta-ganti menteri akan terjadi gonta-ganti kebijakan, karena akan muncul masalah baru yang dijadikan polemik secara berkelanjutan.
Lanjut baca,