SEMOGA PASCA PILPRES 2024, UCAPAN SALAM ISLAM TIDAK DICAMPURADUKKAN LAGI

SEMOGA PASCA PILPRES 2024,  UCAPAN SALAM ISLAM TIDAK DICAMPURADUKKAN LAGI

 

Artikel ke- 1.808

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

               Hingga kini, masih saja ada pejabat yang menyampaikan salam gabungan agama-agama. Semoga pasca Pilpres 2024, para pejabat – khususnya yang beragama Islam – menyampaikan salam sesuai dengan tuntunan Islam. Salam itu merupakan ibadah. Lafaznya sudah tertentu. Kita yakin, Allah SWT tidak ridho disebut nama-Nya secara sembarangan.

               MUI Jatim sudah mengeluarkan imbauan agar para pejabat muslim tidak mengucapkan salam agama lain. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20191110145937-20-447076/mui-jatim-imbau-pejabat-muslim-tak-ucapkan-salam-agama-lain).

               InsyaAllah, salam yang benar sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad saw akan mendatangkan ridho dan rahmat Allah SWT kepada bangsa kita. Jangan sampai,  sudah merdeka 78 tahun, tetapi ribuan rakyat masih harus antri beras. Negeri kita melimpah ruah cadangan BBM. Tapi, berulang kali rakyat susah mendapatkan BBM.

               Allah sudah menjanjikan: “Jika penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, pasti akan Kami bukakan keberkahan bagi mereka dari langit dan bumi…” (QS al-A’raf: 96).

               Jelas dalam al-Quran, “Allah” adalah nama Tuhan yang dikenalkan kepada umat manusia oleh Yang Memiliki Nama itu sendiri. (QS Thaha: 14). Orang muslim – dimana saja, kapan saja – menyebut nama Tuhannya “Allah”. Bukan nama lain. Sebab, Islam adalah agama wahyu, dan nama Tuhan pun harus berdasarkan wahyu, bukan berdasarkan budaya atau konsensus manusia.

               Kita bisa menyimak cara pandang agama lain, tentang konsep dan nama Tuhan mereka. Agama Hindu, misalnya!  Meskipun sama-sama menyatakan bertuhan SATU, kaum Hindu mempunyai konsep dan juga sebutan-sebutan untuk Tuhan mereka secara khas, yang berbeda dengan agama lainnya. Dan perbedaan itu sepatutnya dihormati, supaya terjadi saling toleransi dalam perbedaan. Itulah makna Bhinneka Tunggal Ika.

                Dalam buku karya Ngakan Made Madrasuta berjudul “Tuhan, Agama dan Negara”  (Media Hindu, 2010), dijelaskan perbedaan konsep Tuhan antara Hindu, Kristen, Yahudi, dan Islam. Tentu saja penjelasan itu dalam perspektif  Hindu.  Menurut penulis buku ini, Tuhan dalam agama Hindu, yakni Sang Hyang Widhi tidak dapat disebut  “Allah”. 

               Disimpulkan oleh penulis buku ini: “Membangun toleransi bukan dengan mencampuradukkan pemahaman tentang Tuhan, tetapi sebaliknya justru dengan mengakui perbedaan itu. Dalam pengertian ini, Krishna bukan Kristus, Sang Hyang Widhi bukan Allah!”

               Tentang perbedaan antara Kristus dan Krishna dijelaskan: “Ingat Hindu tidak percaya akan dosa asal, tidak percaya dengan Adam dan Hawa, dan Krishna juga tidak mati di kayu salib. Krishna datang ke dunia sebagai Avatara, bukan untuk menebus dosa, tetapi untuk menegaskan kembali jalan menuju moksha (empat yoga itu) terutama karma yoga. Jadi manusia sendiri harus aktif untuk memperoleh keselamatannya. Tidak perlu akal yang terlalu kritis untuk membedakan misi keberadaan Kristus dengan Krishna di dunia ini.”

               Kaum Hindu juga sangat membanggakan konsep Tuhan mereka yang bersifat pantheistik dan bukan monotheistik.  Lebih jauh buku terbitan Media Hindu ini menyatakan: “Monotheisme mengajarkan kebencian dan kekerasan, memecah belah manusia ke dalam apartheid orang beriman versus orang kafir. Tuhan pemecah belah. Pantheisme mengajarkan hal-hal sebaliknya; penghormatan terhadap seluruh makhluk hidup, semua manusia adalah satu keluarga, ahimsa, welas asih, Tuhan pemersatu.”

Lanjut baca,

SEMOGA PASCA PILPRES 2024, UCAPAN SALAM ISLAM TIDAK DICAMPURADUKKAN LAGI (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait