Artikel ke-1.705
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Namanya Salma Kamilah Santosa. Umurnya 17 tahun. Ia santri di Pesantren At-Taqwa Depok, pada jenjang At-Taqwa College. Pada 5 November 2023 ia menghadiri acara peluncuran “Balai Jawi” di Selangor, Malaysia. Lalu, ia membuat catatan dengan judul:
“Balai Jawi: Upaya Memperkenalkan Keunggulan Peradaban Melayu-Jawi.”
Salma termasuk kategori Generasi-Z (lahir antara tahun 1997-2012). Generasi ini identik dengan pola interaksinya yang kuat dengan dunia internet. Tapi, di internet susah ditemukan berita atau artikel yang menghubungkan antara Gen-Z dengan peradaban Melayu-Jawi. Karena itulah, tulisan yang dibuat oleh Salma ini tergolong unik dan langka: anak usia belia berbicara tentang peradaban, apalagi peradaban Melayu-Jawi, atau Melayu-Indonesia.
Berikut ini catatan Salma tentang peradaban Melayu-Jawi dan Balai Jawi: “'Jawi' adalah sebutan untuk peradaban Melayu. Peradaban yang terbentuk sebagai hasil dari Islamisasi yang dilakukan oleh para ulama di alam Melayu Nusantara. Sebagaimana dijelaskan oleh Prof. Al-Attas, bahwa tolak ukur pengaruh kepada suatu bangsa adalah bahasa.
Pun Raja Ali Haji dalam Gurindam 12 menyebutkan "Jika hendak mengenal orang berbangsa, lihatlah pada budi dan bahasa". Bahasa menjadi hal penting ketika melihat suatu peradaban.
Peradaban Melayu memiliki bahasa sendiri yang disebut dengan Bahasa Jawi. Bahasa ini merupakan hasil Islamisasi para ulama kepada bahasa masyarakat Nusantara ketika itu. Bahasa Jawi menggunakan huruf Arab hijaiyyah; mengandung makna-makna yang sesuai dengan Islam, baik itu istilah-istilah Arab-Islam yang mengandung makna ajaran Islam yang pokok seperti kata Allah, nabi, ilmu, dan sebagainya yang dimasukkan ke dalam bahasa Jawi; ataupun bahasa setempat yang diubah maknanya disesuaikan dengan Islam seperti kata surga, puasa, pahala, neraka, santri, dan sebagainya.
Bahasa Jawi digunakan sebagai sarana menyampaikan ilmu yang digunakan oleh para ulama dalam menulis kitab-kitab mereka yang berisikan ajaran Islam yang melingkupi berbagi aspek dalam kehidupan manusia. Mulai dari ibadah, muamallah, hingga politik.
Contohnya seperti kitab Gurindam 12 yang ditulis oleh Raja Ali Haji (Ulama Nusantara), kitab itu berisikan ajaran-ajaran Islam tentang adab-adab dalam Islam. Kegunaan bahasa Jawi yang digunakan sebagai alat untuk menyampaikan ilmu menjadi tanda ketinggian bahasa ini. Serta menunjukan bahwa Jawi bukanlah peradaban biasa, melainkan bagian dari peradaban Islam yang hidup di dalamnya kegiatan keilmuan.
Bahasa Jawi dan kebudayaan Islam sungguh membekas di hati masyarakat Nusantara, hanya saja penjajahan Barat membuat itu bekas itu lama-kelamaan lepas dari diri masyarakat Nusantara. Karena itulah mengenal kembali Tradisi Jawi di alam Nusantara menjadi penting guna mengembalikan jati diri dan kebanggan masyarakat Nusantara terhadap warisan tinggi mereka sendiri. Demi mewujudkan misi besar itu, Akademi Jawi Malaysia dan Pesantren At-Taqwa, Depok, Indonesia mendirikan ‘Balai Jawi’.”
Lanjut baca,