Oleh: Dr. Adian Husain (www.adianhusaini.id)
Pada 19 September 2017 laman www.kabarjateng.co.id menurunkan satu berita berjudul “Peserta Kongres Perwathin ke-54 Mulai Berdatangan”. Disebutkan: “Para peserta kongres Persatuan Warga Theosofi Indonesia (Perwathin) ke-54 dari berbagai daerah di tanah air, mulai berdatangan ke lokasi kongres di Semarang, Jawa Tengah. Pelaksanaan kongres mulai 21-24 September 2017, Kongres Perwathin akan dihadiri lebih kurang 15 sanggar-sanggar Theosofi yang ada di Indonesia. Perwathin suatu organisasi spiritual yang berazaskan Pancasila serta persaudaraan universal tanpa membedakan ras, agama dan warna kulit. Organiasi ini mengusung, mengkaji tentang kearifan Illahiah/kesejatian/kasunyatan.”
Demikian berita tentang Kongres Theosofi di Semarang itu. Kongres berikutnya kabarnya diselenggarakan di Solo. Berita itu menunjukkan bahwa gerakan theosofi terus berjalan. Di era kebebasan saat ini, tumbuhnya gerakan theosofi merupakan tantangan dakwah baru bagi umat Islam Indonesia. Umat Islam Indonesia perlu merumuskan metode dakwah yang lebih kondusif dengan mengedepankan dialog-dialog ilmiah dalam suasana persaudaraan.
Gerakan theosofi bukanlah hal baru di Indonesia. Gerakan ini sudah berlangsung selama ratusan tahun. Buku yang ditulis oleh Iskandar P. Nugraha berjudul Mengikis Batas Timur dan Barat: Gerakan Theosofi dan Nasionalisme Indonesia (2001), memberikan gambaran besarnya pengaruh gerakan Theosofi pada tokoh-tokoh nasional di Indonesia.
Tahun 1909, dalam Kongres Theosofi di Bandung, jumlah anggota Theosofi adalah 445 orang (271 Belanda, 157 Bumiputera, dan 17 Cina). Dalam Kongres itu juga disepakati terbitnya majalah Theosofi berbahaya Melayu “Pewarta Theosofi” yang salah satu tujuannya menyebarkan dan mewartakan perihal usaha meneguhkan persaudaraan. Pada tanggal 15 April 1912, berdirilah Nederlandsch Indische Theosofische Vereeniging (NITV), yang diakui secara sah sebagai cabang Theosofi ke-20, dengan Presidennya D. van Hinloopen Labberton. Tahun 1915, dalam Kongres Theosofi di Yogyakarta, jumlah anggotanya sudah mencapai 830 orang (477 Eropa), 286 bumiputera, 67 Cina).
Lanjut Baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/theosofi-indonesia-dan-introspeksi-metode-dakwah