TIDAK ADA USTADZ YANG TAK PERNAH SALAH, WAJIB SALING MENASEHATI, JANGAN SALING BENCI

TIDAK ADA USTADZ YANG TAK PERNAH SALAH,  WAJIB SALING MENASEHATI, JANGAN SALING BENCI

 

Artikel Terbaru ke-2.169

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Setiap Muslim pasti mengakui bahwa “ukhuwah Islamiyah” adalah kondisi ideal yang seyogyanya dicapai oleh kaum Muslim. “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,” kata sebuah syair lagu terkenal dari Group Nasyid Rabbani.  

Al-Quran menegaskan:“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara...(QS al-Hujurat: 10).   “…dan ingatlah akan nikmat Allah terhadap kalian tatkala kalian dahulu (di masa jahiliah) saling bermusuhan, kemudian Allah mempersatukan hati kalian, dan jadilah kalian bersaudara.” (QS Ali Imran:103).

Rasulullah SAW pun memberikan perumpamaan yang indah tentang persaudaraan Muslim: “Perumpamaan mukmin satu dengan mukmin lainnya dalam kelembutan dan kasih sayang, adalah laksana satu tubuh. Jika satu bagian tubuh merasa sakit, maka seluruh tubuh lainnya turut merasakannya.” (HR. Muslim).

Juga, sabda beliau SAW:   “Mukmin satu sama lainnya bagaikan bangunan yang sebagiannya mengokohkan bagian lainnya.” (HR. Imam Bukhari).

Konsep-konsep ideal tentang ukhuwah Islamiyah ini banyak diterapkan dalam sejarah Islam. Sebuah contoh ukhuwah yang sangat ideal terjadi antara kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah. Catatan Sejarah Islam di Indonesia – bahkan di wilayah Nusantara --  juga kaya dengan kondisi ukhuwah yang ideal. Sebuah kisah terkenal adalah penggalangan armada perang Pati Unus (Abdul Qadir bin Yunus) tahun 1521 ke Malaka dalam rangka membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis. Pati Unus memimpin armada gabungan Banten, Demak, dan Cirebon, yang terdiri atas 375 kapal perang yang diproduksi di Gowa.

Contoh lain adalah saat Perang Diponegoro. Perang dahsyat ini dipimpin oleh Pangeran Diponegoro, putra mahkota Kerajaan Mataram, yang juga dikenal sebagai Perang Jawa. Dalam perang yang berlangsung 1825-1830 inilah, sekitar 200 ribu rakyat Jawa gugur. Sementara VOC menelan kerugian sekitar 20 juta gulden dan 7.000 tentaranya mati.

Perang Diponegoro dapat berlangsung begitu dahsyat karena kuatnya ukhuwah antar berbagai golongan dalam Islam. Para ulama dari berbagai daerah memberikan dukungan kepada Pangeran Diponegoro. Kerjasama antara kaum priyayi dan kaum santri berlangsung dengan sangat kuat. Meskipun akhirnya Perang Diponegoro berakhir dengan dijebaknya Sang Pangeran oleh Belanda, tetapi para ulama kemudian melanjutkan perjuangan melalui pendidikan, dengan menyiapkan kader-kader pejuang.

Saat ini, penjajah – secara fisik – memang telah meninggalkan Indonesia. Kita sudah merdeka 80 tahun. Tetapi, penjajahan pemikiran dan peradaban sejatinya masih berlangsung. Paham-paham sekularisme-materialisme terus dipaksakan kepada umat Islam melalui berbagai media massa dan pendidikan. Dampaknya sangat serius terhadap perusakan pemikiran dan akhlak anak-anak muda muslim.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/tidak-ada-ustadz-yang-tak-pernah-salah,--wajib-saling-menasehati,-jangan-saling-benci

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait