Artikel ke-1.333
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Ini berita setahun lalu. Tapi, masih penting untuk disimak. Pada 22 November 2021, laman berita galamedia.pikiran-rakyat.com, memberitakan, bahwa: “76 Persen Mahasiswa Stress Sedang-Berat, 13 Persen Ingin Akhiri Hidup.”
Kondisi itu terungkap dalam seminar yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Jendral Achmad Yani (Unjani) bekerjasama dengan Biro Kesra dan Upelkes Pemprov Jabar, Ruang Empati, ITB, KNPI, dan Ruang Tengah. Seminar itu bertajuk: “Kampus Sehat Jiwa”, diselenggarakan 20 November 2021.
Seminar dilatarbelakangi oleh berita di media massa dan media sosial yang marak mengenai peningkatan kasus gangguan mental emosional, self-harm, dan percobaan bunuh diri pada generasi muda, serta hasil survei pada mahasiswa yang dilakukan oleh lembaga Ruang Tengah.
Hasil survei yang dilakukan terhadap 3901 mahasiswa dan pelajar mendapatkan hasil, bahwa mahasiswa yang merasa stres sedang-sangat berat sebanyak 76%, depresi sedang-sangat berat 59%, cemas sedang-sangat berat 78%, 10% melakukan self-harm, 13% ingin mengakhiri hidup dan 3% pernah mencoba.
*****
Angka stress yang begitu tinggi jelas merupakan kondisi yaang sangat serius. Angka itu juga sejalan dengan berbagai penelitian di belahan dunia lainnya. Pada 27 Oktober 2018, situs www.idntimes.com, memuat berita berjudul: “Survei Buktikan Mahasiswa Zaman Sekarang Mudah Depresi, Ini Sebabnya!”
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh National College Health Assessment di tahun 2014, sebanyak 33 persen mahasiswa yang menjalani survei, mengalami depresi selama kurang lebih setahun belakangan.
Disebutkan juga, bahwa depresi mental mahasiswa zaman sekarang semakin bertambah ketimbang 23 tahun yang lalu. Gregg Henriques, Ph.D, seorang professor dari James Madison University di Virginia, mengatakan bahwa angka-angka yang didapatkan dari hasil penelitian di atas merupakan indikasi bahwa mahasiswa masa kini mengalami hal serius yang disebut krisis kesehatan mental.
Jumlah mahasiswa yang mengalami depresi dan kekhawatiran berlebih di pertengahan tahun 80-an, berkisar di angka 10-15 persen. Angka itu melonjak drastis di tahun 2010-an di angka 33 hingga 40 persen dengan berbagai gejala yang mengikutinya, seperi gangguan makan, menyakiti diri sendiri hingga keputusan untuk bunuh diri.
Mayoritas mahasiswa mengaku bahwa mereka ditekan untuk bisa membuktikan bahwa mereka sukses secara akademis. Orang tua mereka juga telah mengeluarkan banyak biaya untuk para mahasiswa ini sehingga muncul rasa penyesalan jika tak bisa selesai tepat waktu, dengan hasil yang memuaskan. Sementara untuk mencapai kesuksesan tersebut, banyak pula rintangan dan ujiannya. Rupanya para mahasiswa ini merasa takut menghadapi rintangan dan ujian, karena dihantui rasa takut gagal sebelumnya.
Selain itu, tekanan dari pihak luar, media sosial turut menjadi penyebab stres para mahasiswa ini. Sosial media meningkatkan level kekhawatiran dan depresi pada seseorang karena secara tak sadar ia membandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain yang ditunjukkan melalui postingan-postingan di sosial medianya.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/76-persen-mahasiswa-stress,-ini-solusinya