Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Salah satu agenda kunjungan ke Kuala Lumpur kali ini adalah menemui Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud. Seperti biasa, sejak jumpa pertama tahun 2002 (20 tahun lalu), Prof. Wan Mohd Nor senantiasa sangat bersemangat berbincang tentang keilmuan dan pendidikan.
Saya datang bersama Bpk. Indra Supono, anggota pembina Yayasan Pendidikan Islam At-Taqwa Depok. Dalam kesempatan itu, saya melaporkan perkembangan Pesantren At-Taqwa Depok, khususnya terkait dengan rencana kunjungan para santri ke Kuala Lumpur, sekitar November 2022.
Dalam dua kali kunjungan ke Kuala Lumpur (tahun 2018 dan 2019), para santri biasanya menghadiri kuliah Saturday Night Lecture Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud di Center for Advanced Studies on Islam, Science, and Civilization – Universiti Teknologi Malaysia (CASIS-UTM). Bahkan, tahun 2018, santri At-Taqwa Fatih Madini (16 tahun) diberi kesempatan oleh Prof. Wan Mohd Nor untuk mempresentasikan bukunya: Mewujudkan Insan Peradaban Mulia, di hadapan ratusan peserta Kuliah Umum yang dihadiri ilmuwan dan mahasiswa dari berbagai negara itu.
Pendirian dan perjalanan Pesantren At-taqwa Depok tidak bisa lepas dari peran Prof. Wan Mohd Nor. Tahun 2014, saya diberi kesempatan oleh Prof. Wan Mohd Nor untuk melakukan penelitian di Center for Advanced Studies on Islam, Science, and Civilization (CASIS) – Universiti Teknologi Malaysia (UTM), selama tiga bulan. Saya meneliti konsep adab Prof. Naquib al-Attas dan aplikasinya di dalam bidang pendidikan dan kenegaraan.
Satu makalah hasil penelitian itu telah saya presentasikan di CASIS-UTM. Juga, satu buku berjudul: “Mewujudkan Indonesia Adil dan Beradab”. Tahun 2015, kami memulai pendirian Pesantren At-Taqwa Depok, dengan jumlah santri sebanyak 9 orang (santri-songo). Berbekal dengan keyakinan akan konsep adab dan ta’dib, maka kami memulai perjalanan Pesantren dengan menyewa sebuah ruko tiga lantai. Tahun berikutnya, pindah kontrakan lagi. Barulah tahun 2016 kami mulai membangun pesantren di atas tanah wakaf seluas 4.000 meter2.
Ketika akan membuka jenjang pendidikan tingkat SMA (PRISTAC: Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization), kami datang lagi menjumpai Prof. Wan Mohd Nor ke Kuala Lumpur. Kami datang bersama Dr. Alwi Alatas, yang ketika itu menjadi Direktur PRISTAC. Kami menunjukkan brosur PRISTAC. Prof. Wan Mohd Nor menelaah dan menyetujui konsep itu.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/berkunjung-ke-sahabat-pak-syafii-maarif