Artikel ke-1.435
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
“Western civilization is a grand but tragic drama.”
(Sejarawan Inggris, Marvin Perry).
*****
Berbagai pihak di dunia kini mulai menyadari bahwa Peradaban Barat yang mengusung jargon “freedom” telah berujung petaka. Meskipun mendapat kecaman dari berbagai belahan dunia, aksi-aksi biadab pembakaran Kitab Suci al-Quran di Eropa masih saja berlangsung. Dan itu dibiarkan atas nama kebebasan.
Pembiaran aksi-aksi pembakaran al-Quran yang dilakukan sejumlah orang ekstrim di Eropa telah mencoreng wajah peradaban Barat yang sering menyuarakan slogan toleransi dan pluralisme. Atas nama kebebasan, orang dibiarkan merusak agama. Tetapi, pada saat yang sama mereka juga kebingungan untuk memberi batasan kebebasan.
Kebingungan itu berawal dari sikap penolakan terhadap agama sebagai penentu standar nilai moralitas. “The idea of God negates our freedom,” kata seorang filosof terkenal Jean Paul Sartre. Katanya: gagasan tentang Tuhan itu membunuh kebebasan kita.
Dengan pengalaman sejarahnya yang kelam saat berinteraksi dengan agama (Kristen), peradaban Barat kemudian memutuskan untuk menolak campur tangan agama dalam kehidupan. Agama diletakkan sebagai soal privat semata.
Tetapi, prinsip seperti itu juga dilanggar sendiri. Di Inggris, Raja Inggris tetap menjabat sebagai Kepala Gereja Anglikan. Di Swiss, umat Islam ditolak untuk membangun menara masjid. Wacana pelarangan cadar di sejumlah negara Eropa juga mencuat. Padahal, kata mereka, ini urusan privat, dan tidak boleh dicampuri negara.
Paham “Kebebasan” (liberty/freedom) secara resmi digulirkan oleh kelompok Free Mason yang mulai berdiri di Inggris tahun 1717. Kelompok ini kemudian berkembang pesat di AS mulai tahun 1733 dan berhasil menggulirkan revolusi tahun 1776. Patung liberty menjadi simbol kebebasan. Prinsip freedom dijunjung tinggi. Tahun 1789, gerakan kebebasan berhasil menggerakkan Revolusi Perancis juga dengan mengusung jargon “liberty, egality, fraternity”.
Karena trauma terhadap dominasi agama dalam kehidupan, orang-orang Barat, meskipun beragama Kristen, enggan menjadikan hukum-hukum agama sebagai pedoman hidup mereka. Para pengagum dan penjiplak konsep kebebasan ala Barat ini, kemudian ingin menerapkan begitu saja konsep itu ke dalam kehidupan kaum Muslim.
Padahal, konsep kebebasan antara Barat dan Islam sangatlah berbeda. Islam memiliki konsep ”ikhtiyar” yakni, memilih yang baik. Umat Islam tidak bebas memilih yang jahat. Sebab, tujuan hidup seorang Muslim adalah menjadi orang yang taqwa kepada Allah.
Lanjut baca,