Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Sejak terbit pertama kali, tahun 1969, buku Fiqhud Da’wah karya Mohammad Natsir telah diterbitkan -- secara resmi -- belasan kali. Yang jelas, buku ini telah menginspirasi ribuan kader dai dan intelektual muslim di Indonesia. Sejak tahun 1984, saat awal masuk kuliah di IPB Bogor, saya sudah membaca buku ini.
Tentu, keunggulan utama buku ini adalah, karena ditulis oleh Mohammad Natsir, seorang teladan dalam dakwah, dan penulis yang unggul. Tulisan-tulisan Mohammad Natsir memang memiliki kekuatan tersendiri. Dalam pengantarnya untuk buku Capita Selecta (1954), Zainal Abidin Ahmad membuat komentar tentang karakter tulisan Pak Natsir: ”Tulisannya yang berisi dan mendalam dengan susunan yang berirama dan menarik hati, sangatlah memikat perhatian para pembaca. Bukan saja karena kata-katanya yang terpilih, yang disusun menurut caranya tersendiri itu, melainkan lebih utama lagi karena isinya yang bernas mengenai soal-soal sosial, ekonomi dan politik yang menjadi kebutuhan bangsa kita pada waktu itu. Semuanya dijiwainya dengan semangat dan ideologi Islam yang menjadi pegangan hidupnya.”
”Natsir,” kata Zainal Abidin Ahmad, ”Mengetahui betul kapan dia harus berteriak memberi komando untuk memimpin perjuangan bangsanya, dan dia tahu pula kapan masanya dia berkelakar dan bergembira untuk menghibur, membangkit semangat baru bagi perjuangan. Dengan lain perkataan, dia tahu waktunya untuk membunyikan terompet dengan genderang perang, jika ia hendak menghadapi lawan yang menentang cita-cita Islam, baik terhadap bangsa penjajah maupun terhadap bangsa sendiri yang belum menginsyafi akan ideologi Islam itu.”
Mr. Mohammad Roem menduga, kecermatan dan ketelitian Natsir dibangun dari kebiasaannya mempelajari al-Quran dengan teliti. ”Bahasa Natsir dihargai orang, malah dipuji orang. Menurut Bung Hatta, ada suatu masa, yang Presiden Soekarno tidak mau menandatangani sesuatu penerangan resmi, yang tidak disusun oleh Natsir.” (Lihat:
Mohamad Roem, ”Kelemahan atau Kebesaran Natsir”, dalam Anwar Harjono dkk., Mohammad Natsir... hal. 387.)
Karena itu, dalam membaca buku Fiqhud Da’wah ini, ingatlah, bahwa buku ini ditulis bukan oleh ilmuwan biasa yang sedang menulis artikel untuk jurnal atau karya ilmiah tentang ilmu dakwah. Karena itu, buku ini jangan diukur dari persoalan-persoalan teknis, seperti banyaknya catatan kaki, daftar referensi yang berderet, atau jurnal-jurnal ilmiah tertentu.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/buku-fiqhud-dawah--yang-terus-menginspirasi