Artikel ke-1.342
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada 3 November 2022, pemerintah RI mengumumkan bahwa KH Sanusi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Kiai Sanusi lahir 18 September 1888 di Sukabumi dan wafat tahun 1950. Ia dikenal sebagai putra kyai dan juga seorang pembelajar. Setelah menikah di umur 20 tahun, Sanusi dikirim oleh ayahnya ke Mekkah untuk mendalami ilmu-ilmu agama (ulumuddin).
Setelah belajar selama tujuh tahun, Sanusi mendapat gelar imam besar Masjidil Haram. Ia pun berguru kepada ulama-ulama terkenal, khususnya dari kalangan Jawi (Melayu). Tahun 1915, sepulang belajar dari Mekkah, Kiai Sanusi kembali ke Indonesia untuk membantu ayahnya mengajar di Pesantren Cantayan.
Setelah tiga tahun membantu ayahnya, ia mulai merintis pembangunan pondok pesantrennya sendiri yang terletak di Kampung Genteng, sebelah utara desa Cantayan, sehingga ia kemudian dikenal dengan sebutan Ajengan Genteng. Pesantrennya tersebut ia beri nama Pondok Pesantren Babakan Sirna Genteng.
Pada tahun 1945, KH Sanusi diangkat menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) bersama R. Soekarjo Wirjopranoto, Mr. R. Syamsudin dan tokoh lainnya yang kemudian namanya berubah menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
KH Sanusi merupakan seorang aktivis dan penulis yang produktif. Padahal, waktunya sangat padat. Disamping mengajar dan berdakwah serta mengurus santri-santrinya siang malam, ia masih sempat menulis banyak buku. Berikut ini sebagian contoh karyanya:
Bidang Fikih : (1). Tahdzir al-‘Awam fi Mufiariyat Cahaya Islam (2) Al-Mufhamat fi Daf’i al-Khayalat (3) At-Tanbih al-Mahir fi al-Mukhalith (4) Tarjamah Fiqh al-Akbar as-Syafi’I (5) Al-Jauhar al-Mardliyah fi Mukhtar al-Furu as-Syafi’iyah (6) Nurul Yaqin fi Mahwi Madzhab al-Li’ayn wa al-Mutanabbi’in wa al-Mubtadi’in (7) Tasyfif al-Auham fi ar-Radd’an at-Thaqham
Bidang Tasawuf : (1). Mathla’ul al-Anwar fi Fadhilah al-Istighfar (2) Al-Tamsyiyah al-Islam fi Manaqib al-Aimmah (3) Fakh al-Albab fi Manaqib Quthub al-Aqthab (4) Siraj al-Adzkiya fi Tarjamah al-Azkiya, dan sebagainya.
Bidang Kalam : (1.) Miftah al-Jannah fi Bayan ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah
(2) Tauhid al-Muslimin wa ‘Aqaid al-Mu’minin (3) Alu’lu an-Nadhid (4) Al-Mufid fi Bayan ‘ilm al-Tauhid, dan sebagainya.
Atas segala jasanya, pada 12 Agustus 1992 Pemerintah Republik Indonesia memberi tanda kehormatan Bintang Maha Putera Utama. Pada 10 November 2009, ia mendapat penghargaan Bintang Maha Putera Adipradana dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Lanjut baca,