Artikel ke-1.343
Oleh: Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Musuh paling nyata (‘aduwwun mubin) manusia adalah setan; baik setan jenis manusia atau pun setan jenis jin. Setan-setan itu treus-menerus berusaha menyesatkan manusia dengan menggunakan kata-kata indah, tetapi tujuannya untuk menipu dan menyesatkan manusia.
“Dan demikianlah Kami jadikan untuk setiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (QS al-An’am:112).
Buya Hamka, dalam Tafsir al-Azhar, membuat uraian menyangkut ayat tersebut:
“Seorang Rasul diutus Allah untuk menyeru manusia menempuh Shirathal Mustaqim, jalan yang lurus. Maka segala syaitan-syaitan manusia dan jin itu menyusun pula kata-kata yang penuh tipu daya untuk membelokkan perhatian orang daripada jalan yang lurus itu. Mereka mencoba manggariskan jalan yang lain, memujikan, mempropagandakan supaya orang merasa bahwa yang mereka kemukakan itulah yang benar. Inilah tipudaya! Karena kalau sudah diselidiki kelak dengan seksama, akan ternyata bahwa rencana yang mereka kemukakan itu hanya semata-mata zukhrufal-qauli, yaitu kata-kata yang dihiasi. Zukhruf artinya perhiasan, lebih besar bungkusnya daripada isinya, reklame yang kosong penuh tipu.” (Hamka, Tafsir al-Azhar, Juzu’ VIII).
Kita ingat, bahwa setelah terusir dari surga, Iblis kemudian bertekad bulat untuk menyesatkan sebanyak-banyaknya manusia. Salah satu caranya, sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran adalah menghiasi (mengemas) kebathilan menjadi sesuatu yang indah, sehingga menarik perhatian manusia untuk mengikutinya.
“Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka.” (QS al-Hjir: 39).
Tentu, peringatan Allah SWT dalam al-Quran ini wajib kita camkan. Hidup di era globalisasi dan kebebasan informasi mengharuskan kita bekerja keras untuk mampu menyaring dan menilai, mana informasi yang benar dan mana informasi bikinan para setan. Sebab, betapa banyaknya orang tertipu dengan kata-kata indah yang berisi kebohongan dan kesesatan.
Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas menyatakan, bahwa: “…the greatest challenge that has surreptitiously arisen in our age is the challenge of knowledge, indeed, not as against ignorance; but knowledge as conceived and disseminated throughout the world by Western civilization.”
Jadi, tantangan terberat di zaman ini adalah “tantangan ilmu”. Yakni, ilmu-ilmu yang salah yang telah tersekulerkan. Ilmu yang mengacaukan pandangan manusia terhadap Tuhan, terhadap kehidupan dunia, bahkan terhadap dirinya sendiri. Ilmu yang tidak mengantarkan manusia untuk mengenal Allah. Bahkan sebaliknya, ilmu yang salah itu justru menutup mata, telinga, dan hati manusia untuk menerima kebenaran.
Lanjut baca,