GODAAN DUNIA TERBESAR ADALAH KEKUASAAN

GODAAN DUNIA TERBESAR ADALAH KEKUASAAN

 

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

            Masih ingat rumus kehancuran masyarakat atau negara yang disampaikan Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin? Begini rumusnya: “Sesungguhnya rakyat rusak karena rusaknya penguasa; dan penguasa rusak karena rusaknya ulama; dan ulama rusak karena cinta harta dan kehormatan!”

            Pahlawan Nasional dan tokoh Islam Mohammad Natsir pun mengingatkan, bahaya terbesar yang mengancam umat Islam dan bangsa Indonesia adalah penyakit cinta dunia yang berlebihan. Jadi, yang paling berbahaya, bukan penyakit jantung, TBC, hepatitis, atau penyakit anjing gila, tetapi penyakit cinta dunia yang berlebihan.

            Masyarakat modern yang didominasi paham sekulerisme-materialisme telah melakukan pemujaan berlebihan terhadap dunia, dalam bentuknya berupa: kekayaan, kekuasaan, kecantikan, dan popularitas. Diantara hal itu, manakah godaan dunia yang paling berhaya?

            Yusuf bin Asbath meriwayatkan, bahwa ia pernah mendengar Sufyan berkata: “Aku tidak pernah melihat zuhud yang lebih sulit daripada zuhud dalam kekuasaan. Kita bisa dapati orang berzuhud dalam makanan, minuman, harta, dan pakaian, namun kalau kita berikan kepadanya kekuasaan, ia akan mempertahankan alasan dan berani bermusuhan demi membelanya.”

            Ungkapan itu disebutkan dalam buku berjudul “Aina Nahnu Min Akhlaaqi al-Salaf” karya Abdul Aziz bin Nashir al-Julayyil Baha’uddin bin Fatih Uqail (Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul “Meneladani Akhlak Generasi Terbaik” (Jakarta: Darul Haq, 2018).

            Dalam buku ini dikisahkan banyak cerita tentang keteladanan generasi sahabat dan sesudahnya dalam soal akhlak. Salah satu yang menarik adalah contoh-contoh akhlak mulia dalam soal kekuasaan. Umar bin Khathab r.a. misalnya, pernah menyatakan: “Pelajarilah ilmu agama sebelum kalian memegang kekuasaan.”

            Dikatakan pula bahwa Saad bin Abi Waqash pernah berkata, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: “Innallaaha yuhibbu al-‘abda al-taqiyya al-ghaniyya, al-khafiyya.” (Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bertaqwa, selalu merasa cukup dan tersembunyi).

            Contoh lain dari sahabat Nabi yang sangat zuhud dalam soal kekuasaan adalah Abdurrahman bin Auf. Padahal, dialah yang dipercaya oleh Umar bin Khathab untuk memimpin Panitia Pemilihan Khalifah sepeninggalnya. Suatu ketika, Abdurrahman bin Auf didatangi seorang dan ditanya, bagaimana pandangannya jika ia menyerahkan jabatan itu kepada orang lain, padahal dirinya lebih baik dari orang itu. Maka, Abdurrahman bin Auf mejawab: “Seandainya ada orang yang meletakkan pisau di leherku dan memenggalnya, itu lebih aku sukai daripada menerima jabatan itu.”

            Suatu ketika Khalifah Utsman bin Affan meminta seseorang untuk menuliskan mandat, bahwa jika beliau wafat, maka yang menggantikannya adalah Abdurrahman bin Auf. Menerima kabar itu, maka Abdurrahman bin Auf segera pergi ke lokasi antara mimbar dan makam Rasulullah saw. Di situ ia berdoa kepada Allah: “Ya Allah jika penyerahan jabatan dari Utsman sepeninggalnya betul-betul akan terjadi padaku, matikanlah aku sebelum itu.” Tak lebih dari enam bulan kemudian, Abdurrahman bin Auf pun wafat.

            Rasulullah saw juga pernah bersabda: “Barangsiapa yang ditugaskan untuk memikul suatu pekerjaan, padahal ia tahu bahwa dirinya bukanlah orang yang berkompeten dalam pekerjaan tersebut, maka hendaklah ia bersiap-siap menempati tempatnya di neraka.”

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/godaan-dunia-terbesar-adalah-kekuasaan

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait