HIKMAH SEJARAH DIBALIK HILANGNYA “TUJUH KATA”

HIKMAH SEJARAH DIBALIK HILANGNYA “TUJUH KATA”

 (Artikel ke-1.268)

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Tanggal 17 Agustus 1945 adalah Hari Proklamasi Kemerdekaan RI. Semua rakyat Indonesia mensyukurinya. Esoknya, 18 Agustus 1945, bisa disebut sebagai hari pengorbanan umat Islam, karena rela melepas “Tujuh Kata” dari Pembukaan UUD 1945. Tujuh Kata itu ialah: “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”

            Padahal, Tujuh Kata itu masuk bagian kesepakatan bangsa dalam Piagam Jakarta yang diusahakan dengan susah payah  oleh Bung Karno (Ketua Panitia Sembilan). Tapi, karena bangsa Indonesia mendapat ultimatum, maka Tujuh Kata itu pun dihapus. Umat Islam mengalah demi persatuan bangsa.

Bung Karno sudah berusaha meyakinkan bahwa Piagam Jakarta adalah “kompromi maksimal yang bisa dicapai”, tetapi usaha untuk mengubah Piagam Jakarta masih terus dilakukan. Usaha itu tidak berhenti sampai sidang BPUPK, tetapi terus berlanjut pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Beginilah cerita ringkasnya!

Dalam bukunya, Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Bung Hatta menceritakan tekanan kaum Kristen untuk mengubah Piagam Jakarta: “… wakil-wakil Protestan dan Katolik dalam kawasan Kaigun berkeberatan sangat atas anak kalimat dalam Pembukaan UUD yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Walaupun mereka mengakui bahwa anak kalimat tersebut tidak mengikat mereka, dan hanya mengikat rakyat yang beragama Islam, namun mereka memandangnya sebagai diskriminasi terhadap mereka golongan minoritas…Kalau Pembukaan diteruskan juga apa adanya, maka golongan Protestan dan Katolik lebih suka berdiri di luar Republik.”

Karena adanya tekanan tersebut, Bung Hatta mengaku lalu mengajak sejumlah tokoh Islam untuk membicarakan masalah  tersebut. Dan ia menyatakan: “Supaya kita jangan terpecah sebagai bangsa, kami mufakat untuk menghilangkan bagian kalimat yang menusuk hati kaum Kristen itu dan menggantinya dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/hikmah-sejarah-dibalik-hilangnya-tujuh-kata

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait