Artikel ke-1.431
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusiani.id)
Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (Dewan Da’wah), pada hari Ahad, 19 Februari 2023, menyelenggarakan satu kursus istimewa: “Full Day Training Politisi Bervisi Akhirat.” Tahun 2023-2024 merupakan tahun-tahun yang didominasi oleh wacana dan aktivitas politik, menyambut hajatan Pemilihan Presiden, kepala daerah, dan anggota legislatif, pada 2024.
Wajar jika hampir semua mata tertuju pada berbagai peristiwa seputar perpolitikan nasional. Dalam pandangan Islam, berpolitik adalah ibadah. Berpolitik itu indah, karena merupakan bagian dari amal sholeh untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Memang, secara pragmatis, tujuan berpolitik adalah untuk meraih kekuasaan. Dalam pandangan politik sekuler, berpolitik adalah sekedar untuk meraih kekuasaan dan kenikmatan duniawi. Berkuasa itu nikmat. Kemana-mana dihormati. Masuk mobil dibukakan pintu. Mau pidato dibuatkan dan dibawakan naskahnya. Rakyat diminta minggir, karena ada mobil pejabat lewat. Datang ke satu daerah disambut beramai-ramai. Apalagi, jika bagi-bagi sesuatu.
Bagi politisi sekuler, kekuasaan menjadi tujuan. Ia memandang kekuasaan itu perlu dinikmati dan dibanggakan. Karena itu, kekuasaan harus dipertahankan dengan cara apa saja. Jika kekuasaan hilang, ia terkena penyakit “post power syndrome”. Mungkin, ia berperilaku seperti masih berkuasa. Ia mudah marah. Tersinggung. Sebab, tidak lagi dihormati seperti dulu, saat masih memegang kekuasaan.
Sebagai wartawan yang bertugas di Istana Negara tahun 1994-1998, saya banyak mengenal pejabat tinggi dan melihat dari dekat bagaimana perilaku mereka ketika masih berkuasa dan setelah tidak lagi memegang kekuasaan. Apalagi, disaat usianya semakin menua dan terkadang tidak lagi dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Dulu ia begitu dihormati dan ditakuti. Tetapi, begitu kekuasaannya berhenti, ia bukan siapa-siapa lagi.
I
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/indahnya-politik-islam:-politik-bervisi-akhirat