Artikel Terbaru ke-2.224
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Kebijakan Gubernur Jawa Barat untuk memajukan jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30 WIB, menuai kontroversi. Banyak alasan yang disampaikan. Salah satunya, konon di sejumlah negara jam pertama masuk sekolah di atas pukul 08.00 pagi. Katanya, masuk sekolah terlalu pagi berdampak buruk kepada perkembangan otak. Itu dari segi neuroscience. Katanya begitu. (Lihat: https://www.youtube.com/shorts/vs15aGcO4qc).
Menanggapi kritik tersebut, saya menghubungi seorang pakar otak yang juga dosen salah satu Fakultas Kedokteran di Jakarta. Ternyata, jawabannya berbeda dengan orang yang mengkritik Gubernur Jawa Barat itu. Menurutnya, proses pematangan otak tidak melulu karena faktor internal dari dalam, tetapi juga karena faktor dari luar.
Jawaban pakar otak itu lebih masuk akal. Pengalaman saya pribadi menunjukkan bahwa jam belajar itu bisa sepagi mungkin. Bahkan, ketika duduk di bangku SMA (1981-1984), saya tinggal di Pondok Pesantren. Biasanya, bangun setiap dini hari sekitar pukul 03.00. Setelah shalat tahajjud, lanjut dengan belajar pelajaran-pelajaran sekolah, seperti Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Inggris, dan sebagainya.
Setelah shalat subuh berjamaah di masjid, kadangkala dilanjutkan dengan mengaji kitab Riyadhus Shalihin. Sekolah masuk pukul 07.00 pagi. Jarak Pesantren dengan SMA sekitar 2 kilometer. Masih ada cukup waktu untuk berjalan kaki atau bersepeda. Balik dari sekolah pukul 12.00.
Ketika itu, saya rata-rata tidur pukul 21.00. Jadi, setiap hari tidur sekitar 6 jam. Di Pesantren hampir tiap hari mengaji. Sore hari saya mengaji kitab fiqih. Saya harus naik sepeda sekitar 2 kilometer, mendatangi kyai yang mengajar fiqih di rumahnya. Habis shalat Isya mengaji kitab-kitab Nahwu, Sharaf dan fiqih. Usai shalat maghrib kadangkala ada kajian tahsin al-Quran.
Jadi, begitulah kegiatan pembelajaran pesantren dan sekolah sehari-hari, kecuali hari libur. Tidak terasa capek, lelah, atau jenuh. Alhamdulillah, selama lima semester, saya mendapat prestasi akademik yang lumayan, ranking kedua di SMA.
Sebenarnya, yang penting semua pelajaran itu dinikmati. Jadi, tidak benar dikatakan, jika belajar terlalu pagi maka akan membahayakan perkembangan otak. Mungkin di Finlandia dan negara-negara lain, rakyatnya tidak terbiasa shalat malam, makan sahur, dan shalat subuh berjamaah.
“Waktu belajar sangat variatif tiap orang, tergantung perkembangan fungsi otaknya seperti apa,” begitu jawaban sang pakar otak kepada saya, melalui WA.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/jam-sekolah-sebaiknya-ikut-tuntunan-agama