JANGAN SAMPAI KITA TERMASUK MANUSIA GOLONGAN KEEMPAT INI

JANGAN SAMPAI KITA TERMASUK MANUSIA GOLONGAN KEEMPAT INI

 

Artikel Terbaru ke-2.070

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ’Ulumiddin,  dan Abu Thalib al-Makki, dalam bukunya, Qut al-Qulub,  menjelaskan ragam golongan manusia dengan menukil pendapat Al-Khalil ibn Ahmad yang mengatakan: "Manusia itu ada empat golongan:

(1) Orang yang tahu, sedang dirinya tahu (menyadari) bahwa dirinya tahu. Dia itulah orang cerdik pandai ('alim), maka ikutilah dia.

(2) Orang yang tahu, sedang dirinya tidak tahu (tidak menyadari) kalau dirinya tahu. Dia itu ibarat orang tidur, maka bangunkanlah ia.

(3) Orang yang tidak tahu, sedangkan dia tahu bahwa dirinya tidak tahu. Dialah pencari petunjuk (mustarsyid), maka berilah dia petunjuk (bimbingan).

(4) Orang yang tidak tahu, sedangkan dia tidak tahu kalau dirinya tidak tahu. Itulah orang jahil, maka hindari dan abaikanlah ia.

            Kategorisasi empat jenis manusia tersebut patut kita renungkan. Jangan sampai kita termasuk golongan keempat. Golongan keempat ini adalah jenis manusia yang tersesat. Ia tidak tahu kalau dia tidak tahu (rajulun laa yadrii wa-laa yadrii annahuu laa-yadrii). Lebih parah lagi, jika ia memiliki ilmu yang salah, tetapi tidak tahu kalau ilmunya salah dan merusak. Tindakan terhadap manusia jenis ini adalah tinggalkan saja dia. Tentu saja, setelah kita menyimak dan mungkin sempat berdialog dengan dia.      

            Di era kemudahan dan kebebasan informasi saat ini kita menyaksikan banyaknya orang yang tidak tahu, tetapi merasa tahu dan mengumbar pendapatnya di media sosial. Mereka tidak tahu apa yang mereka tulis itu adalah salah. Tetapi, mereka merasa benar. Sepatutnya, mereka bertanya kepada ahlinya.

            Ada juga yang sejenis dengan golongan keempat ini. Tetapi, ini justru melanda orang-orang yang termasuk ketegori ilmuwan atau calon-calon ilmuwan. Betapa kasihan, jika ribuan mahasiswa kita terpaksa harus belajar ilmu-ilmu keislaman di berbagai kampus, tetapi dosennya justru mengajarkan pemikiran-pemikiran yang merusak keyakinan mereka sebagai muslim.

Adalah memilukan, jika mahasiswa belajar aqidah Islam, tetapi hasilnya ia justru menjadi perusak aqidah. Ada yang belajar syariat Islam, tetapi justru membenci syariat Islam. Ada yang lebih parah dari itu. Yakni, golongan ilmuwan yang sengaja menyebarkan pemahaman yang salah, bahkan yang sesat dan menyesatkan.

Misalnya, yang menyebarkan paham, bahwa semua agama adalah benar dan sama-sama sah sebagai jalan menuju Tuhan. Atau yang menyebarkan paham bahwa al-Quran itu produk budaya yang cara penafsirannya harus disesuaikan dengan budaya setempat. Padahal, al-Quran itu wahyu Allah, lafadz dan maknanya dari Allah. Karena itu, metode penafsirannya pun tidak bisa menggunakan metode tafsir yang hanya cocok untuk teks budaya atau teks bikinan manusia.

Ada yang lebih berani dari itu. Meskipun ini sangat sedikit jumlahnya.  Misalnya orang yang memperjuangkan kebebasan untuk tidak beragama. Dengan alasan kebebasan dan penghormatan terhadap Hak Asasi Mausia (HAM), mereka membawa masalah ini ke Mahkamah Konstitusi.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/jangan-sampai-kita-termasuk-manusia-golongan-keempat-ini

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait