JIHAD PESANTREN DI ZAMAN KINI

JIHAD PESANTREN DI ZAMAN KINI

Artikel ke-1.687

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Peringatan  Hari Santri Nasional 2023 mengusung tema yang menarik: "Jihad Santri Jayakan Negeri". Situs resmi Kementerian Agama Republik Indonesia, tema "Jihad Santri Jayakan Negeri" memberi pesan bahwa peringatan Hari Santri 2023 akan dirayakan secara semangat dan kegiatan ini juga didedikasikan untuk para santri sebagai pahlawan pendidikan dan perjuangan mengatasi kebodohan.
            Tentu saja, di zaman kini, peran jihad santri dalam bidang pemikiran sangat diperlukan. Jihad intelektual terberat adalah ketika santri harus memberikan nasehat kepada para pemimpin dan ulama yang keliru. Padahal, itulah jihad yang sangat mulia.

Umar bin Khathab r.a. pernah menyatakan dalam satu khutbahnya: “Yang paling aku khawatirkan akan menimpa kalian adalah perubahan zaman, tergelincirnya orang yang berilmu dari kebenaran, berargumentasinya orang-orang munafik dengan al-Quran, pemimpin yang sesat dan menyesatkan manusia dalam kondisi ketidaktahuan.” (Ibnul Jauzi, Sirah Umar, hal. 223)

Karena itu, para santri dan keluarga besar pesantren, seyogyanya menyadari pentingnya memahami tantangan pemikiran dan aqidah Islam di zaman globalisasi ini. Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam Ghazali menyatakan, wajib hukumnya bagi para ulama untuk memahami pemikiran-pemikiran yang bathil, agar dapat menjelaskan dan menjaga aqidah umat. Sebab, para ulama itulah yang diamanahi untuk menjaga Islam. Dan pondok pesantren merupakan benteng-benteng terakhir pertahanan umat Islam di bidang aqidah.

Di masa lalu, para ulama Islam sangat memahami pemikiran-pemikiran yang berkembang di zaman itu. Imam al-Ghazali memahami masalah filsafat dengan baik dan memberikan kritik yang sangat tajam melalui bukunya Tahafut al-Falasifah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memberikan kritik yang sangat tajam terhadap kepercayaan agama Kristen melalui empat jilid bukunya, al-Jawab al-Shahih li-Man Baddala Din al-Masih. Dalam bidang Ilmu Kalam, begitu banyak ditemukan jawaban-jawaban yang sangat argumentatif terhadap pemikiran Mu’tazilah.

Para santri, ulama, kyai, cendekiawan Muslim, khususnya yang saat ini memegang amanah memimpin pondok pesantren, seyogyanya meneladani jejak para ulama terdahulu. Disamping memiliki kualitas ketaqwaan yang tinggi, seyogyanya, pada kyai itu juga memahami benar hakekat dan jatidiri paham-paham yang destruktif terhadap para santrinya.

Di era globalisasi, hampir tidak mungkin membendung paham-paham itu tidak memasuki arena pondok pesantren, melalui media komunikasi yang ada. Satu-satunya jalan untuk menangkalnya adalah memahami paham-paham destruktif itu dengan mendalam, sehingga para kyai atau ustad di pesantren dapat menjelaskan kepada para santri dan muridnya, apa dan bagaimana sebenarnya paham-paham  yang bertentangan dengan aqidah Islam tersebut.

Rasulullah saw bersabda: “Yang merusak umatku adalah orang alim yang durhaka dan ahli ibadah yang bodoh. Seburuk-buruk manusia yang buruk adalah ulama yang buruk dan sebaik-baik manusia yang baik adalah ulama yang baik.” (HR Ad-Darimy).

Lanjut baca,

JIHAD PESANTREN DI ZAMAN KINI (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait