Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Mulai Januari 2021, Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia – melalui Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah Mohammad Natsir – membuka program kaderisasi dai tingkat Strata-1 dengan konsentrasi keahlian di bidang jurnalistik. Tujuannya adalah melahirkan sarjana muslim yang memiliki ketrampilan sebagai Wartawan Profesional Pejuang (WPP).
Program ini merupakan pengembangan dari program kaderisasi dai Dewan Da’wah yang setiap tahun mengirimkan sekitar 100 dai ke berbagai pelosok Indonesia. Kaderisasi dai dalam berbagai bentuk dan tingkatannya merupakan salah satu program utama Dewan Da’wah. Selama ini, Dewan Da’wah telah melaksanakan kaderisasi dai program setahun melalui ADI (Akademi Da’wah Indonesia) yang tersebar di 16 kota di Indonesia.
Ada juga program kaderisasi dai untuk tingkat S1 melalui STID Mohammad Natsir. Yang lain adalah kaderisasi dai melalui Program Kaderisasi 1000 Ulama untuk tingkat Strata-2 dan doktoral. Program ini telah melahirkan ratusan master dan doktor. Dulunya program ini hasil kerjasama Dewan Da’wah dengan Baznas Pusat. Mulai tahun 2021, insyaAllah dilaksanakan sendiri oleh Dewan Da’wah.
Kini, di era dominasi internet dan media sosial, tentu diperlukan kader-kader dai unggulan yang memiliki keahlian khusus di bidang jurnalistik dan komunikasi pada umumnya.
Hingga kuartal II/2020 pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta atau 73,7 persen dari populasi. Jumlah ini bertambah sekitar 25,5 juta dibandingkan tahun lalu. (https://teknologi.bisnis.com/read/20201110/101/1315765/apjii-1967-juta-warga-indonesia-sudah-melek-internet).
Sementara itu, diperkirakan, jumlah pengguna media pengguna Media Sosial Aktif sekitar 160 juta orang. Jadi, memang begitu besar peran media sosial dalam proses komunikasi dan dakwah pada khususnya. Dengan internet dan media sosial, setiap orang berpeluang menjadi “wartawan” secara mandiri.
Tapi, agar aktivitas jurnalistik dilakukan dengan benar dan tepat, maka diperlukan ilmu dan ketrampilan jurnalistik profesional, agar proses komunikasi atau dakwah berlangsung sebaik-baiknya. Sebab, menjadi WPP, bukan sekedar beraktivitas menulis dan menyiarkan berita, karena ada bayarannya.
Dalam perspektif perjuangan Islam, menjadi WPP adalah satu tahapan penting dalam proses kaderisasi calon-calon pemimpin umat dan bangsa di masa mendatang. WPP bukan sekedar tukang nulis berita bayaran. Tapi, ia adalah pemikir, penulis, pendidik, dan pejuang penegak kebenaran. Manusia mulia semacam ini akan lahir dari proses pendidikan yang benar dan sungguh-sungguh; bukan turun dari langit begitu saja.
Lanjut baca,