Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Di era ”Corona” ini ada baiknya kita mengkaji sejumlah virus pemikiran. Kali ini, salah satu virus pemikiran yang sangat ganas dalam meruntuhkan pemikiran dan keimanan seorang muslim adalah virus ”Pluralisme Agama”.
Dalam bukunya, Christian Theology: an Introduction, (Oxford: Blackwell Publisher, 1994), Alister E. Mcgrath, menulis bahwa ada tiga cara orang Kristen dalam melihat agama-agama lain, yaitu eksklusivisme, inklusivisme, dan pluralisme. Tentang pluralisme, dijelaskan bahwa: “In pluralism, no one religion is superior to any other; each and every religion is equally valid way to truth and God.”
Jadi, dalam paham pluralisme, semua agama dianggap jalan yang sama-sama sah menuju Tuhan. Tidak ada agama yang lebih hebat dibandingkan yang lain. Di kalangan muslim, virus ini sudah disebarkan oleh para dosen agama di sejumlah kampus, melalui disertasi doktor dan thesis master mereka. Ibarat virus Corona, virus pemikiran ini sudah menjangkiti para tenaga medis. Harusnya, dokter atau perawat itu memberantas virus, tetapi justru menjadi penyebar utama virus ganas ini.
Salah satu cara kaum pluralis merusak aqidah Islam adalah dengan mengubah makna ”Islam”. Sebuah Tesis Master salah satu kampus di Yogya yang diterbitkan dengan judul Tafsir Inklusif Makna Islam (2004) mendekonstruksi makna ‘Islam’ yang selama ini sudah dipahami oleh kaum Muslim. Tesis ini membuat kesimpulan: “Sekali lagi, setiap agama yang dianut oleh semua umat manusia sepanjang sejarah adalah Islam, termasuk agama-agama yang masih ada sekarang. Bila melihat akar sejarah dari Nabi Ibrahim, maka tentu saja agama yang dibawa oleh Nabi Musa, yakni Yahudi, agama yang dibawa oleh Yesus Kristus (Nabi Isa), yaitu Kristen dan yang terakhir adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah juga Islam.” (hlm. 164).
Lanjut Baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/menangkal-virus-pluralisme-agama