Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Ramadhan 1443 Hijriah, segera datang. Inilah bulan istimewa yang didambakan kehadirannya oleh setiap mukmin. Sejak masuk bulan Rajab, kita sudah dianjurkan membaca doa agar Allah berikan berkah hidup di bulan Rajab dan Sya’ban, dan dipanjangkan umur kita sampai bulan Ramadhan.
Maka, sepatutnyalah, kita menyiapkan diri sebaik-baiknya untuk berjumpa dengan Ramadhan. Allah memerintahkan kita berpuasa, bersusah payah beribadah, pagi, siang dan malam, supaya menjadi orang yang taqwa! Seruan ini memang khusus bagi orang yang beriman.
Orang mukmin tentu berbeda dalam melihat realitas wujud yang ada. Tatapan mata dan pikirannya menembus batas-batas benda yang kasat mata. Ramadhan dilihatnya bukan sekedar bulan-bulan biasa yang datang silih berganti setiap tahun. Ramadhan dilihatnya sebagai bulan mulia, dimana pintu-pintu rahmat, ampunan, dan barokah Allah dibuka seluas-luasnya.
Maka, memang sudah seharusnya, orang mukmin merindukan status taqwa. Sebab, status taqwa adalah posisi yang sangat tinggi dalam kehidupan manusia. Allah sudah memberitahukan kepada kita semua: “Yang paling mulia diantara kamu adalah orang yang taqwa.” (QS 49:13). Bukan pejabat, bukan menteri, bukan gubernur. Tapi,siapa pun, dan apa pun status dan profesinya, -- jika dia bertaqwa – maka pastilah dia menjadi yang termulia di mata Allah SWT.
Allah SWT sudah memerintahkan kita: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa.” (QS 3:102). “Maka, bertaqwalah kepada Allah semampu kamu.” (QS 64:16). “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar.” (QS 33:70). “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar dan memberikan rizki dari arah yang tidak dia perhitungkan.” (QS 65:2-3).
Itulah beberapa perintah Allah agar kita semua benar-benar berusaha menjadi orang yang taqwa. Dijanjikan kepada kita dan bangsa kita, jika kita bertaqwa, maka kita akan mendapatkan berbagai kucuran barokah dari langit dan bumi. (QS 7:96). Maka, jika begitu mulia dan nikmatnya menjadi orang yang taqwa, tentu rugilah kiranya, jika puasa dan ibadah kita tidak mampu mengantarkan kita pada suatu derajat taqwa. Rasulullah saw mengajari kita untuk berdoa, agar kita menjadi orang yang taqwa: “Allahumma inni as-aluka al-huda, wat-tuqa, wal-‘afafa, wal-ghina.” (Ya, Allah aku memohon kepadamu akan petunjuk, ketaqwaan, kesucian dan kemuliaan diri, serta perasaan cukup). (HR Muslim).
Jadi, taqwa adalah suatu kondisi pikiran dan jiwa orang mukmin yang merasakan kehadiran Allah SWT di mana saja dia berada. Dia ridho dengan segala kondisi yang merupakan anugerah Allah. Dia takut untuk bermaksiat kepada Allah. Tapi sekaligus dia juga cinta dan penuh harap – tidak putus asa – dari rahmat Allah. Taqwa itu indah. Taqwa itu nikmat. Dan taqwa itu suatu kebahagiaan. Karena itulah, kita diperintahkan untuk berjuang keras mencapai derajat yang mulia tersebut.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/menyambut-ramadhan-1443-hijriah