MOMENTUM PENTING 75 TAHUN MOSI INTEGRAL DI TENGAH DISINTEGRASI SOSIAL

MOMENTUM PENTING 75 TAHUN  MOSI INTEGRAL DI TENGAH DISINTEGRASI SOSIAL

 

Artikel Terbaru ke-2.179

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Bangsa Indonesia sedang menghadapi masalah serius dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satunya adalah soal distegrasi sosial. Kecurigaan dan konflik antar komunitas mudah merebak. Kepercayaan kepada pemerintah pun mudah goyah dan pupus, karena salah komunikasi.

Dalam kondisi seperti itu, bangsa Indonesia perlu mengingat kembali perjuangan seorang Pahlawan Nasional bernama Mohammad Natsir. Perjuangannya dalam mewujudkan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diakui sangat monumental. Karena itulah, banyak pihak mengusulkan agar tanggal 3 April ditetapkan sebagai Hari NKRI, dan Mohammad Natsir diberi gelar sebagai ”Bapak NKRI”.

            Memang, tanggal 3 April hari yang bersejarah. Tujuh puluh lima (75) tahun lalu, tepatnya 3 April 1950, negarawan muslim Mohammad Natsir, mengajukan ”Mosi Integral” di Parlemen  RIS (Republik Indonesia Serikat). Itulah yang disebut ”Mosi Integral Natsir”, yang memungkinkan bersatunya Negara-negara Bagian ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

            Dengan Mosi Integral Natsir itu, maka bubarlah Republik Indonesia Serikat (RIS), yang merupakan hasil konferensi Inter Indonesia – antara delegasi Republik Indonesia dan delegasi BFO – di Yogyakarta 19-22 Juli 1949.

            Perjuangan Mohammad Natsir dalam menyelamatkan NKRI memang sangat fenomenal. Natsir bukan hanya merumuskan gagasannya dengan cerdas, tetapi juga berhasil meyakinkan para tokoh Indonesia ketika itu yang berasal dari seluruh faksi dan aliran ideologis. Natsir memerlukan waktu dua setengah bulan untuk melakukan lobi.

            Kepada Majalah Tempo (edisi 2 Desember 1989), Natsir menceritakan kisah perjuangan  Mosi Integral tersebut: ”Dua bulan setengah saya melakukan lobby. Tidak mudah, lebih- lebih dengan negara-negara bagian di luar Jawa.”

Natsir mengajukan usul, untuk menyatukan Indonesia dalam bentuk Negara Kesatuan, cukuplah semua negara bagian membubarkan diri, lalu bersatu kembali menjadi NKRI. Semua akan sepakat dipimpin Soekarno-Hatta.

Kata Natsir kepada pimpinan Negara Yogya: Kita ajak mereka membubarkan diri dengan maksud untuk bersatu. Nah, kita, negara Yogya ini punya Dwitunggal Soekarno-Hatta. Mereka tidak. Saya katakan lagi, dalam sejarah jangan kita lupakan faktor pribadi; mutu pribadi orang itu menunjukkan siapa itu Soekarno-Hatta. Tidak akan ada yang bisa mengatakan 'tidak' kalau kita majukan nama Soekarno-Hatta menjadi Presiden RI. Sedangkan kita, para pemimpin-pemimpin ini, diam sajalah mengikut. Kalau diperlukan, ya, dipakai, dan kalau tidak, ya, tidak apa-apa. Pokoknya, tidak ada satu pun dari negara-negara bagian itu yang akan menolak Soekarno-Hatta menjadi presiden. Di sini, fungsi Soekarno-Hatta itu untuk mempersatukan, untuk memproklamasikan, dan untuk mempersatukan kembali.”

Bung Karno mengakui kehebatan perjuangan Mohammad Natsir dengan Mosi Integralnya. Setelah "Mosi Integral" berhasil, Natsir dipercaya Presiden Soekarno untuk menjadi Perdana Manteri.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/momentum-penting-75-tahun--mosi-integral-di-tengah-disintegrasi-sosial

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait