PANDANGAN HAMKA TENTANG QS 3:19

PANDANGAN HAMKA TENTANG QS 3:19

Oleh: Dr. Adian Husaini

(www.adianhusaini.id)

Sesungguhnya yang agama di sisi Allah ialah Islam. Tetapi tidak berselisih orang-orang yang diberi kitab itu melainkan sesudah didatangkan kepada mereka ilmu, lantaran pelanggaran batas di antara mereka – (QS 3:19, terjemah oleh Hamka).

Bagi umat Islam, keyakinan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar, sudah menjadi pemahaman yang umum. Aneh, jika seorang mengaku muslim, tetapi juga meyakini kebenaran semua atau beberapa agama. Al-Quran Surat 3:19 itu begitu jelas maknanya. Bahwa, satu-satunya agama yang diridhai Allah, memang agama Islam, yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

Tentang QS 3:19 itu, Buya Hamka menulis dalam Tafsir al-Azhar: ”Tetapi timbul kesulitan bukan pada mereka, melainkan pada orang-orang yang keturunan kitab, pada Yahudi dan Nasrani, sesudah mereka mendapat ilmu, ialah karena agama mereka sudah diikat dengan ketentuan-ketentuan pendeta. Sehingga bukan lagi agama Allah, melainkan agama pendeta. Misalnya fikiran murni manusia telah mencapai kesimpulan bahwa Allah itu memang pasti Esa. Tetapi pendeta memutuskan bahwa itu tidak benar! Yang benar ialah mesti diakui bahwa Allah itu beranak, atau bahwa Nabi Isa bukan saja anak Allah, tetapi diapun Allah atau satu dari tiga oknum.”      

Begitulah penjelasan Buya Hamka tentang QS 3:19. Pandangan dan sikap Buya Hamka begitu jelas tentang kebenaran Islam, sebagai satu-satunya agama yang diterima Allah SWT. Di dalam tafsirnya, Buya Hamka juga mengutip hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam Muslim: ”Berkata Rasulullah s.a.w.: Demi Allah, yang diriku ada dalam genggaman tanganNya, tidaklah mendengar dari hal aku ini seseorang pun dari ummat sekarang ini, Yahudi, dan tidak pula Nasrani, kemudian tidak mereka mau beriman kepadaku, melainkan masuklah dia ke dalam neraka.”

Lalu, Buya Hamka menjelaskan makna hadits Rasul saw tersebut: ”Dengan hadits ini jelaslah bahwa kedatangan nabi Muhammad s.a.w. sebagai penutup sekalian Nabi (Khatamil Anbiyaa) membawa Al-Quran sebagai penutup sekalian Wahyu, bahwa kesatuan ummat manusia dengan kesatuan ajaran Allah digenap dan disempurnakan. Dan kedatangan Islam bukanlah sebagai musuh dari Yahudi dan tidak dari Nasrani, melainkan melanjutkan ajaran yang belum selesai. Maka, orang yang mengaku beriman kepada Allah, pasti tidak menolak kedatangan Nabi dan Rasul penutup itu dan tidak pula menolak Wahyu yang dia bawa. Yahudi dan Nasrani sudah sepatutnya terlebih dahulu percaya kepada kerasulan Muhammad apabila keterangan tentang diri beliau telah mereka terima. Dan dengan demikian mereka namanya telah benar-benar menyerah (Muslim) kepada Tuhan. Tetapi kalau keterangan telah sampai, namun mereka menolak juga, niscaya nerakalah tempat mereka kelak. Sebab iman mereka kepada Allah tidak sempurna, mereka menolak kebenaran seorang daripada Nabi Allah.”

Lanjut baca,

 

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/pandangan-hamka-tentang-qs-3:19

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait

Tinggalkan Komentar