PASTIKAN UNIVERSITAS KITA MENDIDIK MAHASISWANYA AGAR SELAMAT DUNIA AKHIRAT

PASTIKAN UNIVERSITAS KITA MENDIDIK MAHASISWANYA  AGAR SELAMAT DUNIA AKHIRAT

 

 

Artikel Terbaru ke-2.086

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Pertanyaan ini perlu benar-benar direnungkan oleh para orang tua dan penyelenggara pendidikan Islam! “Apakah anak-anak kita yang melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi benar-benar dididik agar selamat aqidah dan akhlaknya?”

            Sebab, banyak kampus yang melaksanakan sistem pendidikan sekedar menekankan aspek ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk dapat bekerja. Program studi (jurusan) kuliah diijinkan beroperasi jika sudah jelas lulusannya akan bekerja dimana. Dengan jumlah mahasiswa ribuan bahkan puluhan ribu, nyaris mustahil ada proses pendidikan yang menekankan pada penguatan iman dan peningkatan akhlak mulia.

            Banyak sekali kita jumpai poster-poster yang dikeluarkan oleh lembaga pendidikan Islam yang isinya memberikan ucapan selamat kepada lulusannya yang diterima di kampus tertentu yang dianggap favorit. Dalam berbagai acara diskusi dengan kalangan pimpinan dan  guru pesantren, saya tanyakan kepada mereka: “Apakah santri yang kita kasih ucapan selamat itu benar-benar akan dididik agar selamat iman dan akhlaknya di kampusnya sekarang?”

            Sejak didirikannya universitas Islam pertama di Jakarta pada 8 Juli 1945, para tokoh bangsa kita bertekad untuk mendirikan Perguruan Tinggi yang Islami, berbeda dengan universitas bikinan penjajah yang sekular. Kampus-kampus bikinan penjajah itu tidak mau mengatur sistem dan kurikulum pendidikannya berdasarkan wahyu. Mereka merasa mampu menyusun pendidikan tanpa bimbingan wahyu Tuhan.

Bahkan, sejak awal pendiriannya, lembaga-lembaga pendidikan Perguruan bikinan penjajah memang dimaksudkan untuk melemahkan perjuangan umat Islam. Anak-anak muslim dididik agar hanya memikirkan kesuksesan dan kehormatan duniawi. Lulusannya diberikan kesempatan untuk menjadi pegawai pemerintah Hindia Belanda atau pabrik-pabrik dengan gaji yang lumayan tinggi.

Ringkasnya, anak-anak muslim dibuai dengan angan-angan kesuksesan duniawi dan dilemahkan semangat perjuangan mereka. Tidak sedikit diantara lulusannya yang kemudian menjadi juru bicara pemikiran sekular-liberal dan menolak Islam dijadikan sebagai dasar mengatur kehidupan. Karena itulah, para tokoh bangsa berjuang keras mewujudkan universitas Islam, dengan nama Sekolah Tinggi Islam (STI).

Setelah itu berdirilah puluhan, kemudian ratusan, bahkan ribuan Perguruan Tinggi Islam. Meskipun penjajah telah pergi secara fisik, tetapi hegemoni dan cengkeraman yang dahsyat dari pemikiran sekular-liberal dalam pendidikan tinggi masih sangatlah kuat. Tidak mudah bagi Perguruan Tinggi Islam untuk keluar dari hegemoni pemikiran yang juga didukung oleh kekuatan birokrasi.

Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional yang menekankan tujuan pembangunan ekonomi, Pendidikan Tinggi di Indonesia juga dipaksa untuk tunduk kepada tujuan-tujuan duniawi. Visi akhirat dan Ilahiyah dikecilkan. Aspek iman dan akhlak tidak dijadikan sebagai tujuan utama dalam penentuan capaian pendidikan.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/pastikan-universitas-kita-mendidik-mahasiswanya--agar-selamat-dunia-akhirat

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait