RUGI SEKALI JIKA PARA SANTRI TIDAK MEMBACA BUKU-BUKU PAK NATSIR

RUGI SEKALI JIKA PARA SANTRI  TIDAK MEMBACA BUKU-BUKU PAK NATSIR

 

Artikel Terbaru ke-2.051

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

 

            Salah satu keistimewaan Mohammad Natsir adalah kemampuannya dalam komunikasi dan lobi. Pak Natsir dikenal piawai dalam menulis, berpidato, dan juga melakukan lobi dengan berbagai pihak. Kemampuan menulis Pak Natsir sudah dikenal luas. Karena itu, sayang sekali, jika para santri dan pelajar tidak membaca karya-karya tulis Pak Natsir.

            Tulisan-tulisan Pak Natsir memiliki kekuatan tersendiri. Dalam pengantarnya untuk buku Capita Selecta (1954), karya Mohammad Natsir, cendekiawan muslim Zainal Abidin Ahmad membuat komentar tentang karakter tulisan Pak Natsir: ”Tulisannya yang berisi dan mendalam dengan susunan yang berirama dan menarik hati, sangatlah memikat perhatian para pembaca. Bukan saja karena kata-katanya yang terpilih, yang disusun menurut caranya tersendiri itu, melainkan lebih utama lagi karena isinya yang bernas mengenai soal-soal sosial, ekonomi dan politik yang menjadi kebutuhan bangsa kita pada waktu itu. Semuanya dijiwainya dengan semangat dan ideologi Islam yang menjadi pegangan hidupnya.”

            ”Natsir,” kata Zainal Abidin Ahmad, ”Mengetahui betul kapan dia harus berteriak memberi komando untuk memimpin perjuangan bangsanya, dan dia tahu pula kapan masanya dia berkelakar dan bergembira untuk menghibur, membangkit semangat baru bagi perjuangan. Dengan lain perkataan, dia tahu waktunya untuk membunyikan terompet dengan genderang perang, jika ia hendak menghadapi lawan yang menentang cita-cita Islam, baik terhadap bangsa penjajah maupun terhadap bangsa sendiri yang belum menginsyafi akan ideologi Islam itu.”

            Mr. Mohammad Roem menduga, kecermatan dan ketelitian Natsir dibangun dari kebiasaannya mempelajari al-Quran dengan teliti. ”Bahasa Natsir dihargai orang, malah dipuji orang. Menurut Bung Hatta, ada suatu masa, yang Presiden Soekarno tidak mau menandatangani sesuatu penerangan resmi, yang tidak disusun oleh Natsir.” (Lihat:

Mohamad Roem, ”Kelemahan atau Kebesaran Natsir”, dalam Anwar Harjono dkk., Mohammad Natsir... hal. 387).

            Zainal Abidin Ahmad dan Mohammad Roem dikenal juga sebagai penulis ulung dan juga tokoh Masyumi. Mereka mengakui kehebatan Mohammad Natsir dalam menulis. Saat ini ada puluhan buku warisan Pak Natsir yang bisa dibaca oleh umat Islam, khususnya generasi muda muslim. Rugi sekali jika para santri dan pelajar kita tidak mengenal pemikiran Pak Natsir dan tidak membaca buku-bukunya.

            Tulisan-tulisan Pak Natsir bukan sekedar karya tulis biasa. Tapi, tulisan-tulisannya memiliki jiwa yang menggerakkan pembacanya untuk berpikir dan melakukan tindakan sebagaimana diharapkan oleh penulisnya. Itu karena Pak Natsir menulis sebagai perwujudan semangat perjuangannya dalam menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran.

            Buku-buku Pak Natsir menunjukkan ketinggian budaya literasi yang dimilikinya. Ia kaya dengan referensi. Di usianya yang masih dua puluhan tahun, Mohammad Natsir sudah membaca karya-karya besar di bidang sejarah, filsafat, dan juga sains. Kritiknya yang tajam terhadap gagasan sekulerisme didasarkan kepada referensi yang kuat dan ketajaman analisis yang dimilikinya.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/rugi-sekali-jika-para-santri--tidak-membaca-buku-buku-pak-natsir

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait