Artikel Terbaru ke-1.994
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Dalam pidato Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw di Istana Negara, tahun 1963, Presiden Soekarno bercerita, bahwa saat berkunjung ke Kairo, ia mengaku terinspirasi oleh perjuangan Shalahuddin al-Ayyubi. Bahkan, Bung Karno mengajak delegasi Indonesia untuk menonton film perjuangan Shalahuddin di Hotel Hilton Kairo. Saat itu kebetulan sedang bulan Rabi’ulawwal. ”Kita harus mengadakan perayaan Maulid nanti sebaik-baiknya,” kata Bung Karno.
Perjuangan umat Islam di bawah Shalahuddin al-Ayyubi, kata Bung Karno, mengambil suri tauladan dari perjuangan Nabi Muhammad saw.
Saat peringatan Maulid tahun 1963 itulah, Bung Karno mengajak umat Islam: “Bahkan harus kita mengatakan, tidak ada pemimpin yang lebih besar dari pada Muhammad saw!” (http://bironaskahpidato.blogspot.com/2013/11/isi-pidato-presiden-sukarno-pada.html).
Itulah semangat dan pernyataan Bung Karno ketika mengadakan Maulid Nabi Muhammad saw di Istana Negara. Jadi, semangatnya adalah meneladani perjuangan Nabi Muhammad saw. Tentu saja, kita menyambut baik semangat untuk meneladani perjuangan Nabi Muhammad saw.
Mohammad Natsir, dalam buku Percakapan Antar Generasi: Pesan Perjuangan Seorang Bapak (1989), Pak Natsir menyatakan misi besar dari diutusnya Rasulullah saw adalah untuk mewujudkan terbentuknya pribadi-pribadi manusia dan tatatan masyarakat yang mulia. Dan itu telah berhasil dibuktikan oleh Rasulullah saw dan generasi-generasi terbaik, sesudah beliau.
Umat Islam, menurut Mohammad Natsir memiliki potensi besar untuk menapaki jalan kebangkitan sebagai sebuah peradaban: ”Kedatangan Islam sendiri (pada zaman Rasulullah) telah mengubah secara drastis budaya masyarakat jazirah Arab, yang tadinya biadab, tidak dikenal dan tidak diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain; menjadi budaya yang kemudian diperhitungkan dan diakui perannya dalam sejarah peradaban manusia. Semua itu terjadi karena Islam memang mempunyai potensi yang membawa penganutnya untuk mencapai tingkat peradaban dan kebudayaan yang tinggi.”
Kita garisbawahi kata-kata Mohammad Natsir, bahwa: ”Semua itu terjadi karena Islam memang mempunyai potensi yang membawa penganutnya untuk mencapai tingkat peradaban dan kebudayaan yang tinggi.”
Jadi, tegas Pak Natsir, Islam memiliki potensi yang mampu membawa penganutnya mencapai peradaban tinggi. ”Potensi Islam” inilah yang tampaknya dibaca oleh para pemikir Barat. Untuk mempertahankan penjajahan dan dominasi mereka terhadap umat dan dunia Islam, maka dilakukanlah berbagai cara untuk melemahkan umat Islam. Tujuannya, agar umat Islam tidak bangkit dalam mewujudkan peradaban Islam yang unggul.
Lanjut baca,