Artikel Terbaru ke-2.031
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada 24 Oktober 2024, situs resmi Universitas Gajah Mada (https://ugm.ac.id), menurunkan berita berjudul: “Pakar UGM Ungkap Strategi Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Melalui Sektor Pertanian.”
Disebutkan, bahwa Presiden Prabowo Subianto menargetkan zero poverty atau tingkat kemiskinan 0% pada 2045 serta pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam lima tahun mendatang. Target ini menjadi acuan utama dalam kebijakan ekonomi nasional yang membutuhkan strategi yang matang, terukur, dan inklusif.
Kondisi perekonomian Indonesia yang cukup baik saat ini, dengan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun 2024 sebesar 5,05% dan inflasi yang terkendali di angka 2,12% year-on-year, membuat peluang untuk mencapai target tersebut tetap ada meskipun harus menghadapi sejumlah tantangan kedepannya.
Mengingat neraca perdagangan Indonesia yang mengalami surplus dan telah berlangsung selama lebih dari empat tahun, Guru Besar Bidang Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, Prof. Dr. Ir. Masyhuri, mengingatkan penting untuk mengeksplorasi sektor-sektor baru yang dapat mendukung diversifikasi ekspor Indonesia sekaligus mendorong peningkatan daya saing produk nasional di pasar global. Hal ini akan terkait dengan peningkatan investasi dan bagaimana kebijakan ekonomi dapat memfasilitasi arus investasi yang lebih besar.
“Salah satu sektor yang bisa di-boost adalah pertanian, meskipun menurut data Kementerian Pertanian sepanjang 2019-2023 neraca perdagangan sektor tersebut selalu defisit,” ungkap Masyhuri diwawancara secara daring, Kamis (24/10).
Terkait dengan target pertumbuhan ekonomi 8%, ia menyebutkan masih bisa dicapai (attainable growth), meskipun dalam rentang 1961-2023 pertumbuhan ekonomi rerata Indonesia hanya 5,11%. Menurutnya, stimulus Keynesian paling potensial digunakan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi. “Stimulus ini adalah kebijakan fiskal pemerintah untuk menjaga daya beli dan menggerakkan permintaan,” ungkap Masyhuri. Ia mencontohkan tax holiday bagi UMKM ataupun perusahaan baru, start up, serta perusahaan kecil akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena selain membuka lapangan kerja, juga akan berdampak pada berkurangnya pengangguran dan mengurangi kemiskinan.
Masyhuri juga menekankan bahwa hilirisasi komoditas pertanian tidak akan berarti tanpa ditopang oleh negosiasi dagang yang kuat. Hal ini dikarenakan negara lain bisa saja mengembangkan sejumlah komoditas pertanian yang sama dengan Indonesia sehingga akan melemahkan daya saing produk dalam negeri. “Peran pemerintah untuk membuat perjanjian perdagangan bebas tarif 0% dengan negara tujuan ekspor potensial,” tutupnya.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/semoga-terwujud-pertumbuhan-ekonomi-yang-adil