Artikel Terbaru ke-2.272
Oleh: Dr. Adian Husaini
Banyak yang bertanya dan mendoakan agar saya segera menjadi profesor. Banyak juga yang menyarankan agar saya segera mengurus ke-profesoran saya. Seorang menteri yang saya temui beberapa waktu lalu menyarankan hal yang sama. Masih ada waktu. Begitu sarannya, setelah tahu umur saya mau mencapai 60 tahun, pada Desember 2025.
Saya berterimakasih. Dan saya tidak membantah semua itu. Perlu saya sampaikan, bahwa saya belum menjadi profesor karena salah saya sendiri. Karena saya belum serius untuk mengurus berbagai persyaratan administrasinya. Jadi, ini bukan kesalahan siapa-siapa. Kadang saya bercanda untuk “ngeles”. Bahwa, di kampus saya, semua yang jadi profesor (laki-laki) tidak berani menambah istri. Ini fakta!
Untuk menjadi guru besar atau profesor banyak persyaratannya. Salah satunya, saya harus menulis makalah di jurnal internasional. Salah satu pilihannya, artikel itu harus ditulis berbahasa Inggris. Saya bisa menulis dalam bahasa Inggris. Tetapi, saya mengakui, tulisan saya masih perlu diedit dan diperbaiki oleh ahli bahasa.
Karena itulah, sampai saat ini, saya lebih suka menulis dalam bahasa Indonesia. Hampir setiap hari saya menulis artikel. Sejak 10 November 2019, sudah terkumpul lebih dari 2200 artikel di situs pribadi: www.adianhusaini.id.
Pembaca pun sangat banyak dari kalangan umat Islam Indonesia. Sasaran utama tulisan saya memang umat Islam Indonesia yang jumlahnya kini sekitar 240 juta. Saya yakin, tulisan saya lebih bermanfaat jika dibaca oleh kaum muslim di Indonesia, dibandingkan dibaca oleh masyarakat Inggris atau Amerika Serikat.
Karena itulah, saya merasa lebih nyaman bergiat dalam aktivitas pendidikan dan kepenulisan seperti sekarang ini. Saya bebas menuangkan gagasan saya dan mencoba menerapkannya dalam kehidupan. Konsep pendidikan yang saya yakini kebenarannya, saya tulis dalam bentuk buku dan artikel.
Lalu, konsep pendidikan unggul itu saya coba terapkan untuk keluarga dan para santri di Pesantren At-Taqwa Depok. Juga, di sekolah-sekolah yang bersedia menggunakannya. Ada beberapa peneliti yang menulis artikel di jurnal tentang konsep Pendidikan Adian Husaini. (Misal: https://www.researchgate.net/publication/345870109_KONSEP_PENDIDIKAN_ISLAM_DALAM_PANDANGAN_ADIAN_HUSAINI).
Alhamdulillah, setelah Perguruan At-Taqwa berumur 25 tahun, -- dengan pertolongan Allah SWT -- konsep pendidikan yang unggul itu terbukti telah melahirkan banyak alumni yang baik. Maka, saya bertambah yakin. Sudah enam angkatan saya selenggarakan Kursus Singkat Guru Beradab (KSGB) di Pesantren At-Taqwa Depok.
KSGB bukan program gratisan. Ini berbayar lumayan mahal untuk ukuran kantong banyak guru di Indonesia. Selama tiga hari mereka tinggal di Pesantren; menyimak paparan konsep pendidikan ideal; melihat penerapannya langsung di pesantren; melihat hasil-hasilnya; dan juga memahami problematika di lapangan dan serta solusinya.
Sudah lebih dari 300 disertasi doktor pendidikan yang saya ikut menguji dan membimbingnya. Mungkin sudah ratusan kali mengisi kajian dan seminar tentang pendidikan Islam. Plus – alhamdulillah – bertahun-tahun menjadi juri di Islamic Book Fair IKAPI Jakarta untuk kategori buku-buku ilmiah. Ada banyak sekali video tentang pendidikan yang sudah dimuat di media online. Beberapa sekolah dan pesantren meminta saya untuk mereview kurikulum lembaga mereka.
Semua aktivitas pendidikan yang saya lakukan selama puluhan tahun itu alhamdulillah sangat membahagiakan dan semakin meyakinkan, bahwa kita memiliki konsep pendidikan yang unggul. Konsep ini terbukti telah melahirkan sejumlah generasi unggul dalam sejarah Islam, seperti generasi sahabat Nabi, generasi Shalahuddin al-Ayyuibi, dan generasi Indonesia Emas 1945.
Saya sangat berterimakasih kepada semua guru saya yang telah berjasa besar dalam membentuk pemikiran saya tentang pendidikan. Pada tanggal 19 Agustus 2025, saya berkesempatan memaparkan konsep pendidikan unggul beserta aplikasinya di hadapan Wakil Menteri Agama RI.
Meskipun banyak aktivitas dan tulisan saya dalam bidang pendidikan, tetapi tulisan-tulisan saya hanya dalam bentuk buku dan artikel. Dan sayangnya, semua itu masih ditulis dalam bahasa Indonesia, serta tidak masuk ke jurnal-jurnal ber-reputasi internasional, yang harus ditulis dalam bahasa Inggris.
Jadi, tulisan-tulisan saya itu dipandang kurang layak secara standar jurnal internasional, karena – sekali lagi – tidak ditulis dalam bahasa Inggris! Saya pernah berkunjung ke Inggris selama 20 hari dan saya terbitkan menjadi satu buku tentang Catatan Perjalanan di Inggris. Tapi, ya itu tadi, sayangnya semua itu saya tulis dalam bahasa Indonesia, sehingga masyarakat Eropa dan Amerika Serikat tidak memahaminya.
Jadi, inilah kesalahan saya, sehingga saya belum bisa menjadi profesor. Saya tetap guru kecil. Bukan guru besar! Ini bukan salah Presiden; bukan salah menteri; bukan salah para birokrat di bidang pendidikan. Ini salah saya! Titik!
Meskipun masih guru kecil, semoga hidup kita bahagia, dunia akhirat. Amin. (Depok, 12 Juli 2025).





