Artikel Terbaru (ke-1.595)
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada 17 Juli 2023, andaikan masih hidup, Mohammad Natsir berumur 115 tahun. Alhamdulillah, nama Mohammad Natsir sebagai dai, guru, pelopor pendidikan, negawaran, dan Pahlawan Nasional, kian dikenal masyarakat Indonesia. Mohammad Natsir memang lahir dari keluarga sederhana. Ia lahir di Alahan Panjang, Sumatera Barat, pada 17 Juli 1908.
Pada tahun 1908 itu juga lahir ulama besar Buya Hamka, yang juga sahabat dekat dan teman perjuangan Pak Natsir. Untuk menyambut dan mengingat perjuangan Mohammad Natsir, saya – bersama anak saya, Fatih Madini -- meluncurkan E-Book gratis berjudul: “Dakwah Cerdas dan Bijak Meneladani Mohammad Natsir”.
Makalah yang ditulis oleh Fatih Madini (20 tahun) berjudul “Membangun Generasi Muda Cinta Ilmu Cinta Dakwah”. Makalah itu telah ia presentasikan dalam acara Seminar Dakwah di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, 15 Juli 2023. Alhamdulillah, gagasan dan penyampaian Fatih Madini di Padang Panjang, mendapatkan sambutan yang baik, sehingga diharapkan ia akan datang kembali.
Dalam berbagai diskusi tentang Mohammad Natsir, Buya Hamka, dan para tokoh lainnya, beberapa kali muncul pertanyaan, apakah kita melahirkan kembali manusia-manusia seperti Mohammad Natsir, Buya Hamka, dan sebagainya.
Pertanyaan semacam itu kurang tepat. Jawabnya, bukan hanya bisa, tetapi juga “harus”. Sebab, kita yakini, Mohammad Natsir dan Buya Hamka adalah produk pendidikan. Kedua tokoh itu tidak turun dari langit langsung menjadi tokoh. Bukan pula mereka itu dilahirkan oleh orang tua. Artinya, untuk menjadi ulama dan tokoh masyarakat, perlu dilakukan melalui proses pendidikan yang bijak dan cerdas.
Bersyukurlah umat Islam Indonesia, sebab Mohammad Natsir meninggalkan dua aset yang sangat berharga untuk para pelanjut perjuangan dakwah di Indonesia. Yaitu: (1) Aset khazanah pemikiran (2) Aset keteladanan hidup dan perjuangan.
Jejak dakwah Mohammad Natsir masih sangat bisa dilihat dan dirasakan umat Islam dan seluruh bangsa Indonesia, hingga saat ini. Sebagai dai, Mohammad Natsir memepolori dakwah dalam berbagai bidang. Sejak akhir tahun 1960-an, Mohammad Natsir sudah sudah mengirim ratusan dai ke daerah-daerah pelosok untuk mengembangkan kehidupan masyarakat.
Dengan itu kualitas SDM mereka meningkat dan sekaligus menangkal proses pemurtadan serta memperkokoh NKRI. Tidak dapat dipungkiri, Islam menjadi faktor penting dalam perwujudan kemerdekaan Indonesia, mempertahankannya, dan menjayakannya. Hingga kini, rintisan dakwah Mohammad Natsir itu masih terus kita lanjutkan.
Sebagai guru, Mohammad Natsir adalah guru teladan. Ia menjadikan dirinya sebagai model guru ideal. Sebagai siswa cerdas di SMA Belanda (AMS), Mohammad Natsir berkesempatan untuk melanjutkan kuliah di Jakarta atau Belanda. Tapi, ia memilih jalan berbeda. Ia memilih terjun sebagai guru agama di SMP Belanda (MULO) tanpa dibayar.
Keteladanan Mohammad Natsir sebagai guru diikuti oleh kepeloporannya dalam pendidikan. Untuk membendung paham sekulerisme dalam bidang pendidkan, Natsir memelopori pendirian banyak lembaga pendidikan Islam. Ia pun melakukan kaderisasi dai dan guru dengan mengirimkan ribuan pelajar Indonesia untuk belajar ke berbagai kampus di Timur Tengah, Malayisa, dan negara lainnya.
Lanjut baca,