Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Buku “Budaya Ilmu” karya Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud berkisah banyak hal penting tentang kebangkitan bangsa-bangsa di dunia. Salah satunya, kebangkitan bangsa Jepang. Dan itu diawali dengan tumbuhnya budaya ilmu di tengah masyarakat Jepang. Di berbagai pelosok negeri, ditanamkan kecintaan kepada ilmu, semangat kesuksesan, dan pengorbanan.
Kisah kegigihan mencari ilmu Kinjiro Ninomiya -- seorang pemuda kampung – dijadikan inspirasi bagi masyarakat Jepang. Sebuah puisi tentang Kinjiro digubah. Begini petikannya:
//Pada awal pagi
Dia mendaki gunung mencari kayu api
Sehingga larut malam
Dia menganyam selipar (daripada jerami padi)
Sambil berjalan
Dia tidak pernah berhenti membaca//
Itulah puisi tentang Kinjiro Ninomiya yang hidup pada awal abad ke-20. Kegigihannya dalam memburu ilmu menjadi inspirasi masyarakat. Oleh pemerintah Jepang, semangat Kinjiro itu kemudian disebarkan dalam bentuk buku teks moral, tugu peringatan, dan lagu-lagu. Semangat inilah yang banyak memberi inspirasi masyarakat Jepang untuk mengejar ilmu pengetahuan dan kemudian tampil sebagai salah satu peradaban besar.
Pada abad ke-19, masyarakat Jepang dikenal sebagai masyarakat “haus ilmu”. Budaya itu telah membangkitkan Jepang menjadi kekuatan dunia dalam bidang sains, teknologi, dan ekonomi yang mengagumkan pada masa-masa berikutnya. Banyak ilmuwan Barat heran, bagaimana bangsa yang dikalahkan dan dihancurkan dalam Perang Dunia II itu kini mampu mengalahkan Barat dalam berbagai bidang.
Menurut Profesor Ezra Vogel, dosen di Harvard University, kejayaan Jepang terjadi berkat kepekaan pemimpin, institusi, dan rakyat Jepang terhadap ilmu dan informasi dan kesungguhan mereka menghimpun dan menggunakan ilmu untuk faedah mereka.
Jepang telah menempatkan ilmu dalam posisi penting sejak Zaman Meiji (1860-an-1880-an). Pada akhir 1888, dikatakan, terdapat sekitar 30.000 pelajar yang belajar di 90 sekolah swasta di Tokyo. Sekitar 80 persennya berasal dari luar kota. Pelajar miskin diberi beasiswa. Sebagian mereka bekerja paroh waktu sebagai pembantu rumah tangga.
Namun mereka bangga dan memegang slogan: “Jangan menghina kami, kelak kami mungkin menjadi menteri!” Para pelajar disajikan kisah-kisah kejayaan individu di Barat dan Timur. Contohnya, buku Yukichi Fukuzawa, berjudul Galakkan Pelajaran pada tahun 1882 terjual 600.000 naskah. Buku ini antara lain menyatakan: “Manusia tidak dilahirkan mulia atau hina, kaya atau miskin, tetapi dilahirkan sama dengan yang lain. Sesiapa yang gigih belajar dan menguasai ilmu dengan baik akan menjadi mulia dan kaya, tetapi mereka yang jahil akan menjadi papa dan hina.”
*****
Itulah sekelumit kisah kebangkitan bangsa Jepang, melalui bangkitnya budaya ilmu. Jadi, kebangkitan bangsa tidak identik dengan kekayaan alamnya. Tidak sedikit bangsa yang memiliki kekayaan alam melimpah, tetapi tidak memiliki budaya ilmu yang tinggi, sehingga bangsa itu akan menjadi bangsa yang lemah atau biasa-biasa saja. Karena budaya ilmu, maka Jepang mampu bangkit dalam waktu singkat, setelah ‘Bom Sekutu’ meluluhlanttakkan beberapa kotanya. Kehancuran fisik tidak mampu menghentikan kebangkitan bangsa ini di dunia sains dan ilmu pengatahuan.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/beginilah-jepang-bangkit,-bagaimana-kita