Artikel ke-1.309
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Hari ini, Sabtu (1 Oktober 2022), diperingati oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Peringatan Hari Kesaktian Pancasila ini ditetapkan melalui Keppres 153/1967, yang dikeluarkan oleh Presiden Soeharto.
Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Oktober untuk mengenang tujuh anggota Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang tewas dibantai oleh PKI (Partai Komunis Indonesia) dan kemudian ditimbun di sebuah sumur, yang kemudian dikenal dengan nama “Lubang Buaya”.
Ketujuh perwira TNI korban kebiadaban PKI itu adalah: Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani, Letnan Jenderal TNI (Anumerta) R. Soeprapto, Letnan Jenderal TNI (Anumerta) S. Parman, Mayor Jenderal TNI (Anumerta) M.T. Haryono, Mayor Jenderal TNI (Anumerta) D.I. Pandjaitan, Mayor Jenderal TNI (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo, Kapten Czi (Anumerta) Pierre Andreas Tendean. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220927172448-25-853356/sejarah-hari-kesaktian-pancasila-1-oktober).
Salah satu pesan penting dari Peringatan Hari Kesaktian Pancasila adalah rasa syukur bangsa Indonesia, karena baru saja bangsa Indonesia selamat dari kekuatn komunis yang bermaksud melakukan kudeta berdarah. Padahal, PKI ketika itu merupakan salah satu kekuatan politik dan bersenjata yang cukup besar. Jumlah kadernya diperkirakan mencapai 2-3 juta orang.
Bahkan, kegagalan kudeta PKI itu kemudian berbalik menjadi kehancuran kekuatan Partai Komunis terbesar di luar Uni Soviet dan Cina. Apa pun prosesnya, kita yakin, kegagalan PKI itu merupakan anugerah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, untuk bangsa Indonesia.
Hal ini mengingatkan kembali kepada pernyataan para pendiri bangsa dalam Pembukaan UUD 1945, bahwa kemerdekaan Indonesia adalah “atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur”. Kita merdeka dan mampu mempertahankan kemerdekaan adalah karena rahmat Allah. Kemerdekaan negeri kita bukan merupakan hadiah dari tuyul atau buto ijo.
PKI memang sangat berbahaya bagi Pancasila dan bangsa Indonesia. Dalam berbagai kesempatan, PKI mengklaim bahwa seolah-olah merekalah yang paling Pancasilais dan menuduh pihak lain anti-Pancasila. Padahal, komitmen PKI terhadap Pancasila itu jelas palsu. Bagaimana mungkin mereka menerima Pancasila, yang dila pertamanya: Ketuhanan Yang Maha Esa! Maka, dalam sejarahnya, PKI berusaha membuat tafsir yang aneh terhadap sila pertama itu!
Seorang tokoh Komunis Indonesia, Ir. Sakirman, pernah berpidato dalam Majlis Kontituante dan mengakui, bahwa PKI (Partai Komunis Indonesia) memang menginginkan agar sila Ketuhanan Yang Maha Esa diganti dengan sila “Kemerdekaan Beragama dan Berkeyakinan Hidup.” (Pidato Ir. Sakirman dikutip dari buku Pancasila dan Islam: Perdebatan antar Parpol dalam Penyusunan Dasar Negara di Dewan Konstituante, editor: Erwien Kusuma dan Khairul (Jakarta: BAUR Publishing, 2008).
Dalam Sidang Majlis Konstituante tanggal 28 November 1957 tokoh PKI, Nyoto, menyatakan: “Pancasila itu bersegi banyak dan berpihak kemana-mana.”
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/beginilah-makna-kesaktian-pancasila