BELAJAR DARI SEJARAH, AGAR  PANCASILA MENJADI ALAT PEMERSATU BANGSA  

BELAJAR DARI SEJARAH, AGAR  PANCASILA  MENJADI ALAT PEMERSATU BANGSA   

 

Artikel ke-1.550

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)          

Dalam amanatnya, saat Peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2023,  Presiden Joko Widodo menyatakan, agar ideologi Pancasila harus terus dipegang teguh untuk memperkokoh bangsa. “Personel pemerintah bisa berganti tapi perjuangan tak boleh berhenti,” tegas Presiden.

            Menurut Presiden, sebagai negara besar, Indonesia harus duduk sejajar dengan bangsa lain, siap bekerja sama dan siap memimpin. “Kita ingin berkolaborasi dengan negara manapun, menjadi titik temu dan jembatan perbedaan-perbedaan di dunia. Inilah Indonesia yang tidak dapat didikte oleh siapapun dan negara manapun namun siap berkontribusi bagi dunia,” lanjut Presiden.

            Presiden menerangkan ideologi Pancasila membuat kepemimpinan Indonesia diterima dan diakui dunia. Pancasila bukan hanya utama untuk Indonesia tapi relevan untuk dunia. Toleransi, persatuan, dan gotong royong adalah kunci membangun bangsa yang kokoh.

Untuk itu, Presiden mengajak seluruh komponen bangsa untuk menolak ekstrimisme, politisasi identitas, dan politisasi agama. Lalu, presiden mengajak:  “Mari kita menyambut pesta demokrasi dengan sukacita, memegang teguh nilai Pancasila, memperjuangkan Indonesia Maju dan berwibawa di kancah dunia,” pungkasnya.

 

*****

            Itulah sebagian isi pidato Presiden Joko Widodo dalam acara Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun 2023. Kita garis bawahi pidato Presiden, bahwa toleransi, persatuan dan gotong royong adalah kunci membangun bangsa yang kokoh.

            Ajakan Presiden ini perlu diapresiasi dan diperjelas rincian dan aplikasinya. Memang sudah saatnya, kita semakin menguatkan persatuan dan kesatuan bangsa kita. Toleransi, persatuan, dan gotong royong perlu dikuatkan terus-menerus.

Dalam konteks ini, Pancasila perlu diterapkan sebagai alat pemersatu bangsa. Jangan Pancasila dipaksakan untuk mengganti agama. Ini sangat berbahaya dan tidak akan berhasil.

Di Majalah Serial Media Dakwah No 100, tahun 1982, Pahlawan Nasional Mohammad Natsir menegaskan, tidak ada satu pun dari lima sila Pancasila yang bertentangan dengan Islam.

“Akan tetapi, berlainan soalnya, jika Pancasila secara sengaja diisi dengan faham-faham yang memang sudah bertentangan dengan ajaran Islam. Jika faham-faham itu sudah dimasukkan dalam Pancasila, maka Pancasila tidak akan bisa melakukan fungsinya yang utama, yaitu sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia. “Malah dia bisa menjadi buah pertengkaran terus-menerus,” kata Pak Natsir, yang dikenal sebagai Tokoh Mosi Integral tahun 1950.

            Peringatan Mohammad Natsir itu patut kita perhatikan. Jangan sampai Pancasila digunakan untuk menyudutkan umat Islam yang menjalankan agamanya dengan baik. Dan sesuai dengan semangat toleransi, maka persatuan dan gotong royong akan tercapai jika ada sikap toleransi antar sesama warga bangsa. Yang sangat penting adalah menghargai keragaman dalam konteks keutuhan NKRI. Berbeda pendapat boleh, selama tidak melanggar hukum, apalagi sampai memecah belah masyarakat.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/belajar-dari-sejarah,-agar-pancasila--menjadi-alat-pemersatu-bangsa

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait