BERATNYA MENERAPKAN ADAB TERHADAP ILMU

BERATNYA MENERAPKAN ADAB TERHADAP ILMU

Artikel ke- 1.717

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Salah satu adab terhadap ilmu adalah memahami bahwa ilmu itu memiliki beberapa tingkatan secara hirarkis. Ilmu perlu ditempatkan sesuai harkat dan martabatnya. Ilmu-ilmu yang fardhu ain ditempatkan pada tempat tertinggi, menyusul ilmu-ilmu fardhu kifayah, dan ilmu-ilmu yang lain. Begitu juga adab kita dalam memahami dan menyikapi lembaga pendidikan.

Tentu saja, lembaga pendidikan terbaik adalah yang menerapkan konsep adab dalam hal keilmuan ini. Di lembaga ini, akhlak mulia diutamakan. Guru-guru yang beradab dan berilmu yang mumpuni diberikan penghormatan yang tinggi.

Bagaimana jika para santri diterima kuliah di Perguruan Tinggi yang dianggap favorit tetapi tidak menerapkan konsep pendidikan Islam? Apakah mereka masih bisa mengikuti proses pendidikan yang beradab?

Dalam pandangan Islam,  kuliah di Perguruan Tinggi akan menjadi baik dan berkah, tergantung kepada niat dan adabnya dalam menjalani proses perkuliahan.  Biasanya, para mahasiswa yang niatnya benar dan kreatif akan dapat memanfaatkan masa kuliahnya untuk meningkatkan kualitas pribadinya secara lebih menyeluruh.

Dalam konsep pendidikan Islam, kriteria universitas atau Perguruan Tinggi terbaik adalah yang mendidik mahasiswanya menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia, serta berguna bagi sesama. Bahkan, kesuksesan yang hakiki adalah sukses dunia-akhirat. Akhirat harus menjadi tujuan utama, tetapi kesuksesan dunia tidak ditinggalkan.

Karena itulah, para orang tua patut mengarahkan anak-anaknya agar lebih mengutamakan keselamatan dan kesuksesan di akhirat itu. Mereka harus menjadi orang berilmu, orang yang baik dan berguna bagi sesama. Bahkan, anak-anak yang baik itu bisa menjadi ladang pahala bagi orang tuanya dan orang-orang yang berjasa membantu pendidikannya. Ini yang utama.

            Sebagai contoh adalah kampus Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir. Kampus milik Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) ini selama 30 tahun lebih telah terbukti melahirkan manusia-manusia yang mengutamakan berjuang untuk agama dan berguna bagi sesama. Sudah hampir 1000 dai (guru) yang diluluskan dan terbukti mereka menjadi orang-orang berguna bagi masyarakatnya. InsyaAllah, para dosennya orang-orang baik dan berjiwa pejuang. Perguruan Tinggi seperti ini adalah salah satu kampus terbaik, dan jumlahnya masih tidak banyak. Juga, biasanya belum masuk ranking-ranking kampus modern saat ini. ]

            Tidaklah benar, bahwa jika para santri atau pelajar kuliah ilmu dakwah dan dididik menjadi dai atau guru yang baik, itu berarti mengorbankan masa depan mereka.  Mereka sebenarnya anak-anak pintar dan cerdas sebab lebih memilih kuliah di kampus yang jelas-jelas mendidik para mahasiswanya dengan ilmu dan adab.

            Justru, karena mereka pintar, maka mereka harus memiliki dasar pendidikan aqidah, akhlak, dan pemikiran yang kuat di tingkat pendidikan S-1. Ilmu-ilmu fardhu ain itulah yang seharusnya menjadi kurikulum inti di Perguruan Tinggi. Dengan harapan, mereka akan menjadi orang-orang unggul dan beradab.

Karena itulah, sepatutnya orang tua merumuskan peta jalan keilmuan untuk anak-anaknya. Inilah yang disebut sebagai peta jalan keilmuan; bukan hanya peta jalan pekerjaan bagi anak-anak yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi. 

Lanjut baca,

BERATNYA MENERAPKAN ADAB TERHADAP ILMU (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait