DEMOKRASI LIBERAL TERBUKTI GAGAL, PERLU DITINJAU KEMBALI

DEMOKRASI LIBERAL TERBUKTI GAGAL,  PERLU DITINJAU KEMBALI

 

Artikel ke- 1.807

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Pada tanggal 16 Mei 2004, setahun setelah tinggal di Kuala Lumpur untuk melanjutkan studi S3, saya mendapat undangan menjadi pembicara pada acara  Seminar Sehari: Indonesia Pasca Pemilu 2004, di Universiti Malaya, Kuala Lumpur. Penyelenggaranya adalah Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Universiti Malaya dan dan PPI se-Malaysia.

Ketika itu, saya menulis makalah berjudul: Pemilu 2004: Titik Crucial Politik Indonesia. Tahun 2004 adalah tahun keenam masa reformasi dan kali pertama diselenggarakan pemilihan presiden secara langsung. Pemilu legislatif telah usai dan hasilnya,  Golkar sudah ditetapkan sebagai pemenang pemilu, menyusul PDIP, PKB, PPP, Partai Demokrat, PKS, PAN, PBB, dan seterusnya, (dari segi prosentase suara, bukan jumlah kursi di lembaga legislatif).

Hasil pemilu itu menunjukkan perolehan suara yang menyebar. Tidak ada satu partai yang dominan. Dengan sistem presidensiil, Indonesia masih harus memilih Presiden, pada 5 Juli 2004. Sejumlah pasangan calon presiden dan wakil presiden sudah resmi terdaftar: Megawati-Hasyim Muzadi, Wiranto-Shalahuddin Wahid, Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (SBY-JK), Amien Rais-Siswono Yudhohusodo, Hamzah Haz-Agum Gumelar.

            Satu fenomena yang menonjol dalam pemilu legistalif 2004 dan pencalonan Presiden/Wapres periode 2004-2009, adalah dominannya peran keluarga besar Golkar (Partai Golkar dan TNI). Disamping memenangkan pemilu, Golkar juga memunculkan Jenderal TNI (Purn) Wiranto sebagai capresnya. Semua pasangan capres/cawapres, mengandung unsur Golkar/TNI:  Susilo Bambang Yudhoyono, Jusuf Kalla, Wiranto, Marwah Daud Ibrahim, Agum Gumelar.  Dari berbagai polling dan prediksi, pasangan Wiranto-Shalahudin Wahid dan Susilo BY-Jusuf Kalla diperkirakan akan melaju ke putaran kedua.

            Tentu muncul pertanyaan, mengapa Golkar menang dalam pemilu 2004? Mengapa Jenderal TNI (Purn) Wiranto memenangkan konvensi Golkar untuk pemilihan Presiden? Mengapa Susilo Jenderal TNI (Purn) Bambang Yudhoyono menjadi populer dan partai yang mencalonkannya pun mendapatkan suara besar dalam pemilu 2004?  Mengapa begitu cepat jutaan rakyat ingin kembali ke zaman Orde Baru?

Harian UTUSAN MELAYU (Kamis, 22 April 2004) menurunkan beberapa tulisan, berita dan artikel, tentang Wiranto dan Susilo Bambang Yudhoyono, menjelang pemilihan Presiden Indonesia pada 5 Juli 2004. Kedua calon Presiden dari Partai Golkar dan Partai Demokrat ini banyak menimbulkan spekulasi, apakah sebagian besar rakyat Indonesia mengharapkan tampilnya pemimpin yang kuat, setelah selama 6 tahun lebih mereka hidup di alam reformasi. Mengapa partai PAN pimpinan “Bapak Reformasi” Amien Rais justru jeblok suaranya, dan kalan jauh dengan suara Golkar, partai warisan Orde Baru?

Lanjut baca,

DEMOKRASI LIBERAL TERBUKTI GAGAL, PERLU DITINJAU KEMBALI (adianhusaini.id)

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait