Artikel ke 1.763
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id).
Pada 19 Juli 2016, situs berita www.krjogja.com memuat berita dengan judul: “Perilaku Seks Pranikah Semakin Mengkhawatirkan.” Disebutkan, bahwa hasil RISET Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun 2010 menunjukkan, 1% anak laki-laki dan 4% anak perempuan di seluruh Indonesia telah melakukan hubungan seksual sebelum usia 13 tahun. Beberapa bahkan ketika berusia di bawah 10 tahun.
Melihat fenomena ini, perlu ada upaya dalam mencegah dan mengatasi perilaku seks pranikah di kalangan remaja, salah satunya melalui intervensi berbasis keluarga dan sekolah.
"Keluarga merupakan faktor yang terutama dan utama mempengaruhi perkembangan remaja, walaupun dalam pertumbuhan dan perkembangannya juga dipengaruhi oleh teman sebaya, teman sekolah dan masyarakat. Salah satu bentuk keterlibatan keluarga adalah dalam bentuk monitoring parental," ujar Linda Suwarni saat mengikuti ujian terbuka program doktor di Fakultas Kedokteran UGM.
Dalam disertasinya, Linda menyebutkan aspek-aspek monitoring parental yang dapat mencegah remaja melakukan perilaku seks pranikah, di antaranya pengetahuan parental yang meliputi keberadaan, aktivitas, dan teman-teman remaja, hubungan orang tua dengan remaja yang diindikasikan dengan kepedulian orang tua, kepercayaan yang diberikan, atau frekuensi komunikasi di dalam keluarga, serta kontrol parental yang terkait dengan pergaulan, jam malam, dan konsekuensi yang diterima remaja jika melanggar aturan/batasan yang sudah ditetapkan orang tua.
Terkait hubungan orang tua dan anak, hasil penelitian Linda terhadap remaja di Pontianak menunjukkan bahwa persepsi remaja terhadap pengetahuan parental, hubungan orang tua dengan remaja, komunikasi yang terjalin, serta kontrol perilaku dan kontrol psikologis masih rendah. Sebanyak 35,3% remaja menganggap hubungan mereka dengan orang tua mereka kurang baik, dan 57% remaja menganggap bahwa orang tua mereka sangat sibuk dengan pekerjaannya dan tidak memiliki waktu untuk makan malam bersama serta meluangkan waktu untuk bercerita.
Karena itu, ia pun menyarankan agar kedua orang tua dapat bekerja sama dalam melakukan pengawasan kepada anak remajanya sedini mungkin tidak hanya dengan mengetahui dan memantau keberadaan dan aktivitas remaja serta menyampaikan batasan dan aturan yang jelas, tetapi juga dengan menjalin komunikasi dan hubungan yang dekat dengan anak remaja melalui waktu kebersamaan dalam keluarga.
Lanjut baca,
DISERTASI DI UGM INI BUKTIKAN KIAN MENDESAKNYA PENDIDIKAN KELUARGA (adianhusaini.id)