Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Beberapa hari lalu, kita menerima berita wafatnya Dr. KH Luthfi Fathullah. Berita ini mengejutkan saya, meskipun beberapa waktu sebelumnya, saya sudah menerima kabar bahwa beliau dirujuk ke RSUD Pasar Minggu karena Covid-19. Ketika itu, rasa khawatir sudah menghinggapi saya.
Saya mengenalnya cukup dekat. Beberapa kali saya berkunjung ke rumahnya. Dr. Luthfi Fathullah dikenal sebagai pakar hadits dan dai yang kreatif. Beliau cucu ulama Betawi terkenal. Artinya, beliau punya otoritas kesejarahan yang bagus sebagai pelanjut perjuangan ulama-ulama Betawi.
Saya bersama-sama beliau dalam berbagai forum dan lembaga. Pernah mengajar di Pasca Sarjana UIKA Bogor dan juga di Program Kader Ulama Universitas Darussalam Gontor Ponorogo. Kini, ulama dan aktivis dakwah yang sangat kreatif itu telah dipanggil oleh Allah SWT, di usia yang relatif masih muda.
Tentu saja, wafatnya Dr. Luthfi Fathullah adalah kehilangan besar bagi kita semua. Tapi, kita yakin, keputusan Allah pastilah yang terbaik untuk Dr. Luthfi Fathullah. Belum reda dengan duka akan wafatnya Dr. Luthfi Fathullah dan sederet ulama lainnya, tadi malam (Rabu, 21 Juli 2021), kita menerima lagi berita wafatnya Dr. KH Taufik Hulaimi, seorang ulama yag punya keahlian ilmu ushul fiqih. Bidang ini termasuk yang langka di kalangan ulama.
Saya mengenal Dr. Taufik Hulaimi cukup dekat. Beliau juga dosen di Pasca Sarjana UIKA Bogor. Bahkan, terakhir menjadi sekretaris Program S2 Ekonomi Syariah. Bukan hanya kepakarannya dalam ushul fiqih yang patut dikagumi, tetapi yang juga mengagumkan adalah karya beliau dalam bidang dakwah dengan memimpin Ma'had an-Nu'aimi – satu pesantren tinggi yang banyak melahirkan dai-dai yang baik.
Menarik jika kita membaca catatan dari Dr. Agus Setiawan, Lc, MA tentang Dr. Taufik Hulaimi dalam chanelMuslim.com, yang berjudul: "Indonesia kehilangan pakar Ushul Fiqih". Berikut ini petikan catatan Dr. Agus Setiawan:
"Saya mengenalnya sejak sama-sama belajar di Al-Azhar. Kakak kelas. Namun lebih akrab saat kami menyelesaikan master di Sudan. Kebaikan dan kedermawanannya tak ada yang memungkiri. Masih teringat saat ‘numpang' tinggal di rumah Beliau. Tak diperkenankan bayar. Masak bersama-sama dengan mahasiswa Indo lainnya. Makan bersama-sama.
Selesai S-3, beliaulah yang ngajak bergabung mengajar di Ma'had Nu'aimy. Rajin baca dan diskusi. Hal ini juga menjadi keistimewaan almarhum. Saat santai. Di sela-sela masak. Dan berbagai momen lainnya selalu beliau jadikan waktu diskusi.
Hingga sekarang di grup WA, beliau bahkan selalu mengajak berdiskusi kepada ustaz-ustaz lain. Keilmuan almarhum Dr. Taufik dalam Ushul Fiqih sangat dalam dan luas. Tema-tema kajiannya sangat menarik dan manhaji/sistematis. Beliau sangat memegang teguh kebenaran.
Masih teringat saat dipanggil oleh pihak kedubes RI di Sudan dan minta pandangan agar dibolehkan melaksanakan shalat Jumat di ruang serba guna. Dengan tegas, beliau menolak. Karena sebelum dan sesudah shalat Jumat digunakan dangdutan. Bagaimana mungkin pas zuhur dipakai Jumatan. Lagi pula masjid banyak tersedia di Sudan.
Tawadhu dan menghormati orang lain. Kadang kami merasa malu. Almaghfuurllah Dr. Taufik tidak sungkan bertanya melalui japri atau telpon. Minta pandangan tentang masalah agama atau umum.
Padahal usia beliau, ilmu beliau di atas usia kami. Dan seingat kami, hampir beliau tidak membantah saran-saran kami. Subhanallah. Bakti kepada orang tua juga di antara keberkahan hidup beliau. Saat ini, beliau bahkan sudah dan sedang membangun pesantren di Cibatu Garut sebagai bakti kepada orang tuanya.
Tak cukup rasanya menulis kebaikan almarhum Dr. Taufik Hulaimi, Lc. MA. MEd
Jujur. Banyak sekali kenangan baik bersama beliau. Saya, Agus Setiawan menjadi saksi antum orang baik ya, Ustazi. Sangat baik. Tunai sudah tugas antum di dunia sebagai hamba-Nya.
Kami kehilangan. Namun kami tidak berucap kecuali yang Allah ridhai. Inna lillaahi wa-inna ilaihi raaji'un. Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu."
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/dua-ulama-muda-nan-hebat-itu-telah-pergi