Oleh: Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Ketika nilai-nilai agama disingkirkan, lalu akal dan budaya diagungkan, akan muncullah ketidakpastian nilai-nilai moral di tengah masyarakat. Itu sudah terjadi di negara-negara Barat. Bagaimana dengan Indonesia? Kita simak masalah ‘laten’ berikut ini.
Koran Utusan Melayu, yang terbit di Malaysia, edisi 29 Agustus 2004, menurunkan satu artikel tentang kontroversi film ‘Buruan Cium Gue’ (BCG) di Indonesia. Diceritakan, kontroversi film BCG muncul sejak dai kondang AA Gym mempersoalkan film tersebut pada 8 Agustus lalu. Bersama MUI, dan berbagai eksponen masyarakat, AA Gym secara aktif melakukan kampanye agar film itu ditarik dari peredaran. Dengan tegas, pemimpin Pesantren Darut Tauhid itu menyatakan, bahwa ajakan berciuman di luar nikah adalah sama dengan ajakan untuk berbuat zina. Argumentasi keagamaan AA Gym sangat mudah dipahami. Hasilnya, 20 Agustus 2004, Film BCG ditarik.
Menyusul pelarangan tersebut, pada 25 Agustus 2004, kelompok yang menamakan diri ‘Eksponen Pendukung Kebebasan Berekspresi’ (EKSPRESI), menentang dan menyesalkan pelarangan tersebut. Kelompok ini berpendapat, bahwa pelarangan tidak mencerdaskan kehidupan warga Indonesia. Mereka menyatakan: “Maka kami menentang langkah sejumlah pihak, antara lain Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Majelis Ulama Indonesia, dan KH Abdullah Gymnastiar, yang menyatakan sikap mereka terhadap film Buruan Cium Gue! melalui tekanan, bahkan ancaman, dan penghakiman sepihak, dengan mengatasnamakan "moral bangsa."”
EKSPRESI khawatir, pemberangusan terhadap BCG akan membuka jalan bagi kembalinya represi dan kesewenangan terhadap dunia kreativitas seperti yang sering terjadap pada zaman Orde Baru. Juga, mereka dikatakan, “tak ada satu pihak pun yang boleh mengambil alih dan memonopoli kewenangan dalam melakukan penghukuman dan pemberangusan, atas nama apapun. Baik itu alasan politik, moral, agama, dan adat.”
“Kami cemas, sekali alasan itu dipakai, ia bisa dimanipulasi dan disalahgunakan setiap waktu untuk memberangus kebebasan berkarya. Ini bukan saja membahayakan kebebasan berekspresi, namun pada gilirannya, juga akan membahayakan demokrasi negeri ini,” begitu logika EKSPRESI.
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/film-bcg-dan-kaburnya-batas-moral-bangsa