Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Pada Tanggal 5 bulan Mei tahun 2020 pukul 20.00 WIB (5-5-20-20), saya meluncurkan E-Book berjudul “Attaqwa College: Konsep, Keunggulan, Perjalanan dan Catatan Mahasiswa”.
Bulan Ramadhan dan terpaan wabah Corona merupakan saat yang tepat untuk menggemakan kembali konsep Pendidikan Tinggi ideal, dalam perspektif Islam. Momentum ini semoga mengetuk pintu akal dan perasaan kita untuk berani berpikir kritis terhadap pendidikan sekuler-materialis dan dampak yang telah ditimbulkannya terhadap kehidupan umat, bangsa, dan negara kita.
Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, dalam Konferensi Internasional Pendidikan Islam di Kota Mekkah, tahun 1977, sudah mengingatkan dampak serius dari universitas modern. Menurut Prof. al-Attas, universitas modern yang dijiplak dari Barat, adalah satu bentuk simbol ‘kezaliman’: “The modern university is the epitome of man in a condition of zulm.” (Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, (Kuala Lumpur: ISTAC, 1993).
Kondisi zalim (zulm) adalah lawan dari al-‘adālah dimana segala sesuatu tidak berada pada tempatnya yang betul sesuai dengan harkat dan martabat yang ditentukan Allah. Dalam konsep Prof. al-Attas, kondisi ini terjadi karena tidak diterapkannya proses ta’dib, yang berawal dari kekacauan ilmu pengetahuan (confusion of knowledge). Ketidakdilan ini dilestarikan dengan penggunaan metode keraguan dan ketidakpastian sebagai alat penelitian ilmiah.
Menurut Prof. al-Attas, meskipun istilah universitas (Latin: universitatem) berasal dari konsep Islam – dari istilah kulliyyah – tetapi konsep universitas yang kemudian dikembangkan di Barat sudah tidak lagi mencerminkan tempat pembentukan manusia yang sempurna, atau al-insan al-kulliy, sebagaimana makna asalnya dalam Islam.
Universitas modern, kata Prof. Al-Attas, adalah laksana ‘manusia tanpa kepribadian’. Universitas modern tidak memiliki faktor pengikat yang mempersatukan seluruh prinsip untuk mewujudkan tujuan finalnya. Bahkan, andaikan pun, universitas modern saat ini diibaratkan sebagai ‘seorang manusia’, konsep manusia itu adalah manusia sekuler, manusia rasional tanpa jiwa, laksana lingkaran tanpa titik pusat.
Lanjut Baca,
http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/makna-peluncuran-e-book-attaqwa-college