MENUNGGU KESEPAKATAN PARA PEMIMPIN

MENUNGGU KESEPAKATAN PARA PEMIMPIN

 Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Memasuki Ramadhan 1443  Hijriah umat Islam Indonesia diberi pilihan untuk memilih 1 Ramadhan pada hari Sabtu (2/4/2022) atau Ahad (3/4/2022). Mungkin kondisi seperti ini tidak terjadi di negeri-negeri muslim lainnya. Alhamdulillah, dalam soal penentuan 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah, umat Islam Indonesia sudah terlatih untuk berbeda pendapat.

Terlepas dari keprihatinan terjadinya perbedaan, jika direnungkan lebih mendalam, sebenarnya umat Islam Indonesia tidaklah berbeda pendapat dalam penentuan awal Ramadhan. Semua umat Islam sepakat, bahwa puasa Ramadhan dimulai pada 1 Ramadhan. Tidak ada perbedaan sama sekali dalam masalah ini.

            Sekedar perbandingan, meskipun sama-sama berpegang pada kalender Masehi, tidak semua kaum Kristen merayakan Natal pada 25 Desember. Ada yang merayakan pada 6 Januari atau 25 Maret. Dan bahkan ada yang menolak untuk merayakan Natal.  Kaum Hindu Malaysia merayakan Hari Raya Deepavali dan Taipusam, sedangkan umat Hindu Indonesia merayakan Hari Raya Nyepi dan Galungan.

            Umat Islam seluruh dunia tetap berpuasa dan berhari raya di tanggal yang sama. Dalam soal Hari Raya, konsep Islam juga tidak pernah berubah, sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai kiamat. Sebab, Islam memang agama wahyu. Islam bukan agama sejarah atau agama budaya yang konsep ritualnya tunduk kepada budaya atau evolusi sejarah.

Kembali ke soal penentuan awal Ramadhan, para tokoh Islam Indonesia biasanya menyatakan, bahwa kita harus saling menghargai perbedaan pendapat. Yang berpuasa pada 2 April benar; yang berpuasa 3 April juga benar. Berarti menurut para tokoh Islam Indonesia, perbedaan penentuan awal Ramadhan dianggap masalah furu’iyyah, sehingga boleh berbeda pendapat, sebagaimana soal bacaan qunut shalat Subuh.

Tentu, kita juga patut bertanya. Jika sama-sama benar, bukankah lebih baik jika bersatu! Apalagi, ini menyangkut ibadah tahunan. Ibadah pekanan saja, seperti shalat Jumat, puasa Senin-Kamis, umat Islam Indonesia bisa bersatu. Mengapa yang tahunan belum bisa bersepakat untuk bersatu?

Problem hari dan tanggal dalam penentuan 1 Ramadhan, 1 Syawal, dan 10 Dzulhijjah, akan selalu terulang, selama umat Islam tidak mampu menyepakati metodologi penentuan kriteria penentuannya. Demi ukhuwah dan persatuan umat, seharusnya umat Islam Indonesia bermusyawarah dan membicarakan masalah ini dengan hati dan pikiran terbuka.

Memang, ini masalah yang sudah berumur ratusan tahun. Tetapi, di zaman yang tantangan umat kian berat dalam berbagai bidang saat ini, seyogyanya umat Islam Indonesia mampu membuat kesepakatan. Sebagian sebaiknya legowo meninggalkan pendapatnya, agar umat Islam Indonesia dapat berpuasa Ramadhan dan berhari raya pada hari yang sama. Itu agar masyarakat bisa lebih tenang berpuasa dan berhari raya, tidak dibayang-bayangi perbedaan.

Para tokoh dan pimpinan Ormas Islam sudah saatnya melakukan muzakarah dengan serius. Ada banyak tantangan dan pekerjaan yang lebih berat yang harus diselesaikan, di luar masalah penentuan awal Ramadhan Hari Raya. Dalam hal-hal perbedaan yang bersifat publik semacam ini, sebaiknya diambil satu pendapat untuk diikuti bersama. Dalam hal ini sangat dituntut kerelaan untuk meninggalkan pendapat lama, demi ukhuwah.

Lanjut baca,

https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/menunggu-kesepakatan-para-pemimpin

 

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait