Artikel ke-1.792
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Acara rutin Ngaji Pendidikan pekan ke-3 berlangsung semarak. Topiknya: “Guru Beradab Kunci Kebangkitan Pendidikan Kita.” Waktu dua jam tidak cukup. Terpaksa harus dilanjutkan pekan depannya (9/2/2024). Banyak pertanyaan belum terjawab.
Para insan pendidikan biasanya bersepakat bahwa kualitas guru menjadi faktor utama kunci sukses pendidikan. Dengan kata lain, untuk merusak pendidikan, maka gurunya dulu yang harus dirusak. Undang-undang Guru sudah membuat rumusan bagus, bahwa guru Indonesia harus memiliki beberapa kompetensi, seperti: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional yang tugas utamanya adalah mendidik, membimbing, mengajar, menilai, melatih, dan mengevaluasi peserta didik mulai dari pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan formal.
Dunia guru Indonesia sempat menaruh harapan ketika program kurikulum merdeka diluncurkan. Harapannya, guru semakin merdeka dan tidak terlalu dibebani dengan tugas-tugas administratif. Dampaknya, kesempatan mendidik semakin berkurang. Tentu saja ini merugikan murid dan juga guru itu sendiri. Murid rugi karena kurang diperhatikan. Guru juga rugi karena kesempatan untuk menambah amal jariyah menjadi berkurang.
Dalam Ngaji Pendidikan ke-3 itu saya mengingatkan kembali pesan penting pendiri Pesantren Gontor Ponorogo KH Imam Zarkasyi tentang kemuliaan guru. Bahkan, orang yang mengajarkan ilmunya dengan ikhlas, insyaAllah, akan mendapatkan ganjaran yang terus mengalir (amal jariyah).
Dalam audionya yang beredar luas, KH Imam Zarkasyi menyatakan: “Kalian kami didik untuk menjadi kader-kader pemimpin dan juga belajar menjadi orang besar. Apa itu orang besar, apakah mereka yang jadi pengusaha besar, atau ketua partai, ketua ormas Islam yang besar? Bukan itu yang saya maksud sebagai orang besar! Orang besar itu adalah mereka yang lulus dan keluar dari pesantren ini kemudian dengan ikhlas mengajarkan ilmunya kepada orang-orang di pelosok-pelosok, sampai di kaki-kaki gunung. Dimana pun mereka berada, di bukit-bukit, atau di kolong jembatan sekalipun. Itu yang saya maksud orang besar!”
Jadi, menurut KH Imam Zarkasyi, orang besar adalah guru yang mengajar dengan semangat dan ikhlas. Ia rela pergi ke pelosok-pelosok demi mengajarkan ilmu yang diperolehnya. Mereka melakukan itu karena kesadaran akan kewajiban yang diembannya sebagai orang yang berilmu.
Mengapa mereka disebut sebagai orang besar? Sebab, mereka melanjutkan kerja-kerja kenabian, yaitu menyampaikan ayat-ayat Allah, mensucikan jiwa-jiwa manusia, dan mengajarkan al-kitab dan al-hikmah (QS al-Baqarah: 151, al-Jumuah: 2).
Para guru – orang-orang besar itu -- telah melakukan sesuatu yang besar dan sangat berarti bagi masyarakat. Yakni, mendidik masyarakat agar beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Itu sama saja dengan mendidik manusia agar menjadi manusia yang paling mulia, yakni orang-orang bertaqwa dan berakhlak mulia. Itulah manusia-manusia terbaik dalam pandangan Allah. (QS al-Hujurat: 13).
Lanjut baca,
https://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/orang-besar-itu-adalah-guru-yang-beradab