Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Dalam berbagai dialog dengan pimpinan lembaga pendidikan Islam, saya menanyakan, bagaimana pendidikan Sejarah di lembaga tersebut; buku apa yang dipakai, dan siapa gurunya? Ternyata tidak sedikit lembaga pendidikan Islam yang masih tidak menganggap penting pendidikan sejarah. Pelajaran sejarah dianggap sebagai pelengkap semata-mata untuk mengejar syarat formalitas.
Padahal, peran pendidikan sejarah dalam kebangkitan intelektual umat Islam tidak diragukan lagi. Sebagian besar isi al-Quran adalah sejarah. Muhammad Asad, dalam bukunya, Islam at the Crossroads, menegaskan, bahwa suatu peradaban tidak akan berkembang jika sudah terputus dari sejarahnya sendiri.
Karena itulah, di Pesantren at-Taqwa Depok, kami memberikan porsi yang sangat besar dan serius dalam pembelajaran sejarah. Dalam pendidikannya selama enam tahun, santri-santri Pesantren at-Taqwa Depok, mendapatkan pelajaran tentang Siroh Nabawiyah, Sejarah Sahabat Nabi, Sejarah Perjuangan Umat Islam Indonesia, Sejarah Peradaban Islam, Sejarah Sains Islam, Sejarah Politik Islam, Sejarah dan Pemikiran Wali Songo, Pemikiran para ulama Nusantara, Pemikiran KH Hasyim Asy'ari, KH Ahmad Dahlan, Mohammad Natsir, Buya Hamka, Sejarah Peradaban Barat, Sejarah Filsafat Barat, Sejarah dan Fakta Kristenisasi di Indonesia, dan sebagainya.
Bukan hanya kuantitas dan kualitas bahan ajarnya, para guru sejarah yang mengajar di Pesantren at-Taqwa Depok, dipilih guru-guru yang berilmu tinggi dan mencintai pendidikan sejarah sebagai satu bentuk perjuangan. Beberapa guru yang sudah dikenal sebagai pakar dan penulis, misalnya, Dr. Alwi Alatas, Dr. Tiar A. Bachtiar, Dr. Syamsuddin Arif, Dr. Budi Handrianto, Lukman Hakim, Akmal, Haris Susmana, Dr. Suidat, Hannibal WYW, Dr. Susiyanto, Arif Wibowo M.PI., Ahda A. Ghifari, dan sebagainya.
Mengkaji sejarah Islam di Nusantara ini sangat menarik dan penting. Sebab, dakwah di Kepulauan Nusantara telah meraih sukses yang spektakuler. Tanpa dukungan tentara dan tanpa pemaksaan untuk masuk Islam, masyarakat di negeri ini secara sukarela memeluk agama Islam. Maka, negeri yang semula 100 persen penduduknya bukan muslim ini, sekarang menjadi negeri yang hampir 100 persen penduduknya muslim. Bahkan, meskipun sudah diupayakan untuk dimurtadkan selama ratusan tahun, masyarakat muslim di Indonesia tetap memilih untuk menjadi muslim, dan enggan berganti agama.
Karena itulah, pelajaran sejarah perlu diperhatikan dengan serius. Guru-guru sejarah harus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya, sehingga memenuhi kebutuhan lembaga-lembaga pendidikan Islam. Sejumlah pesantren keluarga besar Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia (DDII) mengemukakan harapannya agar DDII bisa menyiapkan guru-guru sejarah yang diperlukan oleh pesantren.
Lanjut baca,