Artikel ke-1.376
Oleh : Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Dalam berbagai acara seminar, diskusi, dialog dengan para tokoh organisasi Islam, sering muncul pertanyaan bernada keresahan tentang kondisi pendidikan kita. Alasan yang dikemukakan adalah karena presidennya begini, menterinya begini, dan seterusnya. Ganti menteri, ganti lagi pendidikan kita. Karena itu, susah untuk memperbaiki pendidikan kita. Begitulah ungkapan yang sering muncul.
Ungkapan keresahan seperti itu adalah baik. Itu artinya ada kepedulian dan ada pemikiran tentang kondisi pendidikan kita. Hanya saja, semua hal perlu didudukkan dengan adil. Letakkan semuanya pada tempat yang sepatutnya.
Kita tidak menafikan pentingnya peran presiden dan menteri dalam memperbaiki dan merusak pendidikan. Imam al-Ghazali pun sudah mengingatkan, bahwa rakyat rusak karena penguasanya rusak. Tetapi, ingat, penguasa rusak, karena ulamanya rusak. Dan ulama rusak karena cinta dunia dan kedudukan.
Siapa pun presiden dan menterinya, di akhirat nanti, kita tidak dapat beralasan, bahwa kita salah mendidik anak karena kebijakan pendidikan pemerintah yang salah. Siapa pun pemimpinnya, kita harus mendidik anak-anak kita dengan benar.
Orang muslim yang tinggal di negara mana saja, tetap wajib mendidik anak mereka dengan benar. Sebab, pendidikan itu tanggung jawab orang tua. Bukan tanggung jawab presiden atau menteri. Perintah Allah adalah : ‘’Jaga dirimu dan keluargamu dari api neraka !’’
Proses penjagaan diri dan keluarga dari api neraka itulah sebenarnya hakikat pendidikan. Caranya dengan mendidik anak agar menjadi manusia berilmu dan beradab. Memang, untuk masuk sorga dan terhindar dari api neraka itu tidaklah mudah. Kata Nabi saw, ‘’Sorga itu dikelilingi hal-hal yang tidak disukai (al-makaarih). Sedangkan neraka dikelilingi hal-hal yang disukai (al-syahawaat).
Jadi, dalam pandangan Islam, hakikat pendidikan itu bukanlah bagaimana seseorang mengembangkan potensinya, agar bisa mencari uang. Menjadi orang profesional dan mandiri adalah penting, tetapi bukan hal yang terpenting.
Elemen paling fundamental dalam pendidikan, menurut Prof. Naquib al-Attas, adalah proses penanaman adab, sehingga pelajar menjadi orang baik. Materi utama dalam pendidikan adalah bagaimana pelajar atau mahasiswa mengenal Tuhannya dan bisa beribadah kepada Tuhannya dengan benar.
Jadi, tujuan utama pendidikan adalah keselamatan di akhirat. Yakni, bebas dari neraka dan masuk sorga sekeluarga. Inilah yang ditulis oleh pujangga besar, Raja Ali Haji, dalam Gurindam 12-nya pasal 1. Bahwa, untuk menjadi orang yang ma’rifat dan selamat dunia akhirat, kenalilah yang empat : kenali Allah, kenali diri, kenali hakikat dunia, dan kenali hakikat akhirat. ‘’Barang siapa mengenal dunia, tahulah ia barang yang terperdaya. Barang siapa mengenal akhirat, tahulah ia dunia itu mudharat !’’
Kita diajar doa oleh Rasulullah saw : ‘’Ya Allah berikanlah kami ilmu yang bermanfaat.’’ Dalam kitab Bidayatul Hidayah (Permulaan Hidayah), Imam al-Ghazali menjelaskan, diantara ciri-ciri ilmu yang bermanfaat adalah ‘’semakin memperkecil kecintaan kepada dunia dan menambah kecintaan kepada akhirat !’’
Lanjut baca,