UNTUK APA KULIAH

UNTUK APA KULIAH

 Oleh: Dr. Adian Husaini (Direktur At-Taqwa College)

 

            Suatu saat dalam forum pengajian mahasiswa di Depok, saya bertanya kepada mereka: “Apakah kalian sekolah dan kuliah dari TK sampai S1 sekarang ini sudah memenuhi kewajiban mencari ilmu, seperti diperintahkan oleh Nabi Muhammad saw?”

Tidak ada seorang pun mahasiswa yang mampu menjawab pertanyaan itu. Lalu, saya tanya lagi, “Apa arti ‘ilmu’ dalam hadits Nabi,  bahwa mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim?”

Pertanyaan ini pun tidak bisa dijawab dengan tepat. Ada yang menyebut, yang wajib dicari adalah “ilmu agama”, bukan “ilmu umum”. Saya tanya lagi, apa definisi, “ilmu agama” dan “ilmu umum” itu. Terhadap pertanyaan ini pun, tidak ada yang bisa menjawab dengan tepat.

Dialog semacam itu saya lakukan dalam berbagai kesempatan. Ternyata, problem umat Islam yang paling mendasar masih seperti yang dikatakan Prof. Syed Naquib al-Attas, yaitu masalah “ilmu”. Beliau katakan: “The greatest challenge of muslim today is the challenge of knowledge”.

Padahal, dalam tradisi pendidikan umat Islam, sejak dulu, masalah ilmu inilah yang diutamakan. Bahwa, mencari ilmu itu wajib. Ilmu yang wajib dicari adalah ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mendekatkan diri seseorang kepada Allah.

Ilmu yang wajib dicari ada dua: ilmu yang fardhu ain dan ilmu yang fardhu kifayah. Islam mengenal apa yang disebut sebagai “maratibul ilmi”. Ilmu itu tidak sama derajatnya. Ilmu harus disikapi dan dicari secara beradab.  Bahkan, adab dalam mencari ilmu itu menjadi prasyarat untuk meraih ilmu yang bermanfaat.

Jadi, masalah pokok umat Islam adalah masalah salah dalam memahami ilmu. Ilmu yang mereka pelajari adalah justru ilmu yang sudah kacau. Ilmu yang sudah disekulerkan. Ilmu yang justru menjauhkan umat Islam dari pemahaman yang benar terhadap agamanya sendiri. Maka, jangan heran, begitu banyak alumni perguruan tinggi yang jutsru merasa asing dengan ajaran Islam sendiri dan hilang kebanggaannya sebagai muslim.

Islam memandang kedudukan ilmu sangatlah penting, sebagai jalan mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya. Ilmu juga satu-satunya jalan meraih adab. Orang yang berilmu (ulama) adalah pewaris nabi. Karena itu, dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al-Ghazali mengingatkan, orang yang mencari ilmu dengan niat yang salah, untuk mencari keuntungan duniawi dan mendapat pujian manusia, itu sama saja dengan menghancurkan agama.

Dalam kitabnya, Adabul ‘Alim wal-Muta’allim, KH Hasyim Asy’ari juga mengutip hadits Rasulullah saw: “Barangsiapa mencari ilmu bukan karena Allah atau ia mengharapkan selain keridhaan Allah Ta’ala, maka bersiaplah dia mendapatkan tempat di neraka.” 

lanjut baca,

http://member.adianhusaini.id/member/blog/detail/untuk-apa-kuliah

Dipost Oleh Super Administrator

Admin adianhusaini.id

Post Terkait

Tinggalkan Komentar