Artikel ke-1.680
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Berbagai media masih menyebut kelompok Hamas sebagai “kelompok militan Hamas”. Sejak 7 Oktober 2023, serangan Hamas telah menewaskan lebih dari 1000 warga Israel. Balasan Israel, seperti biasanya, sangat ganas. Warga Palestina yang gugur mencapai 2000 jiwa. Di tengah merebaknya pertempuran, justru dukungan terhadap Palestina semakin meningkat di berbagai belahan dunia.
Ini adalah kemenangan bagi perjuangan Palestina. Jika aksi-aksi Israel semakin brutal, maka dunia akan semakin kuat mendukung Palestina. Padahal, kelompok Hamas sudah diberi lebel “militan”. Tentu dengan tujuan agar dunia tidak mendukung perjangannya. Faktanya, dukungan terhadap Hamas di Palestina dan dunia juga semakin meningkat.
Sebutan ‘militan’ untuk para pejuang Palestina – dan tidak untuk penjajah Israel – memiliki arti penting bagi Israrel dan pendukungnya. Samuel Huntington, dalam bukunya yang berjudul “Who Are We? The Challenges to America’s National Identity” (New York: Simon&Schuster, 2004), menempatkan satu sub-bab berjudul “Militant Islam vs. America”.
Ia menekankan, bahwa saat ini, Islam militan telah menggantikan posisi Uni Soviet sebagai musuh utama AS. (This new war between militant Islam and America has many similarities to the Cold War).
Dalam Who Are We? Huntington menyebut, yang disebut sebagai Islam militan bukan hanya Osama bin Laden atau al-Qaeda group. Tetapi, banyak kelompok lain yang bersifat negatif terhadap AS. Kata Huntington, sebagaimana dilakukan oleh Komunis Internasional dulu, kelompok-kelompok Islam militan melakukan protes dan demonstrasi damai, dan partai-partai Islam ikut bertanding dalam pemilihan umum. Mereka juga melakukan kerja-kerja amal sosial.
Dalam sub-bab berjudul “The Search for an Enemy”, Huntington mencatat, bahwa pasca Perang Dingin, AS memang melakukan pencarian musuh baru, yang kemudian menemukan musuh baru bernama “Islam militan”, setelah peristiwa WTC. Disebutkan: “And on September 11, 2001, Osama bin Laden ended America’s search. The attacks on New York and Washington followed by the wars with Afghanistan and Iraq and more diffuse “war on terrorism” make militant Islam America’s first enemy of the twenty-first century.”
Masalahnya, dunia Islam sulit menerima sebutan “militan” untuk para pejuang Palestina. Sebab, mereka berjuang untuk merebut kemerdekaan. Media massa terus menyebut mereka sebagai kaum militan – yang seolah-olah boleh diperlakukan apa saja, termasuk dibunuh dengan cara apa saja. Buktinya, tidak asa sanksi apa pun kepada Israel!
Padahal, sejak merampas tanah Palestina dan mendirikan negara Yahudi, 14 Mei 1948, kaum Zionis Israel ini tak henti-hentinya menebar teror dan kekejaman. Pada 10 November 1975, Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi 3379 (xxx) yang menyatakan: "Zionisme adalah sebentuk rasisme dan diskriminasi rasial."
Negara Israel yang berdiri tahun 1948, memang didirikan dengan aksi-aksi terorisme. Negara ini kemudian menerapkan politik rasisme. Berbagai hukum dan resolusi internasional tidak diindahkan. Dan Israel terus menikmati dukungan dari negara adidaya Amerika Serikat (AS), apa pun yang dilakukannya. Dengan kecanggihan militernya dan dukungan kuat dari AS, maka Israel seperti tidak terkalahkan.
Lanjut baca,
APA PUN HASIL AKHIRNYA, ISRAEL SUDAH KALAH (adianhusaini.id)